Sabtu, 18 Juni 2011

Dakwah islam

PENGERTIAN MANAJEMEN DAKWAH

Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata management (Inggris). Hasan Sadily mengartikannya dengan ‘ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan’. Managemen dapat diartikan sebagai suatu proses yang diterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam bahasa Arab istilah manajemen diartikan dengan an-nizham atau tanzhim yang berarti suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan penempatan segala sesuatu pada tempatnya. Dari pengertian ini dapat manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas menertibkan dan mengatur segala sesuatu.
Secara terminologis manajemen diartikan dengan berbagai macam definisi. Definisi yang banyak digunakan adalah:
Management is“the process of planing, organizing, leading, and controlling teh work of organization members and of using all availabel organizational recources to reach stated organizational goals”
Managemen adalah “proses perenanaan, pengorganisasia, pengaturan terhadap anggota organisasi serta penggunaan sumber-sumber yang ada secara tepat untuk meraih tujuan organisasi yang telah ditetapkan”
Prayudo Atmodisastro, misalnya, mendefinisikan fungsi manajemen sebagai suatu proses planing, organizing, directing atau actuating, dan controlling.
Manullang memberikan pengertian mengenai fungsi manajemen sebagai; forecasting, planning (termasuk budgeting) organizing, staffing atau assembling resources, directing atau commanding, leading, coordinating, motivating, controlling, dan reporting.
1. Forecasting, yakni peramalan tentang sesuatu yang mungkin bakal terjadi di masa mendatang sebagai suatu landasan merumuskan perencanaan (planning) kerja. Dalam manajemen produksi barang yang bersifat material ada tiga hal yang masuk dalam klasifikasi forecasting ini, yakni;
a. Penjadwalan sumber-sumber tersedia. Penggunaan secara efisien terhadap sumber-sumber yang tersedia. Selain itu perlu juga dilakukan peramalan tentang kebutuhan seperti, material, buruh, pembiayaan ataupun pelayanan. Semua itu dijadwalkan proses dan urutan pelaksanaannya.
b. Tambahan sumber-sumber. Ramalan tentang kebutuhan-kebutuhan masa mendatang, seperti kebutuhan bahan baku, tenaga kerja, peralatan, dsb.
c. Sumber2 yang diinginkan. Setiap perusahaan harus menentukan sumber-sumber (tenaga, pendapatan, bahan baku, dsb) di masa yang akan datang. Keputusan yang diambil tentu berdasarkan peluang pasar yang ada. Untuk itu perlu berbagai kajian mendalam yang dapat dijadikan sebagai bahan memprediksi agar dapat diambil keputusan secara tepat.
2. Planing. Secara harfiah planning berarti perencanaan. Dalam hal ini merencanakan kegiatan (dakwah), termasuk masalah sumber dana yang dapat dimanfaatkan dan digali, untuk mengapai tujuan dakwah.
3. Staffing. Ini merupakan bagian dari organizing, yakni menempatkan orang atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada ke dalam unit kerja untuk menjalankan tugas unit yang bersangkutan. Pada tahap ini (staffing) berlaku prinsip the right man on the right place. Biasanya untuk mengambil keputusan pada tahap ini dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut; biodata, aktivitas, kesungguhan, kolektivitas, mental, dan intelegensinya.
4. Organizing. Yakni pengelompokan dan pengaturan unit-unit kerja beserta orang-orang yang ada di dalamnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5. Directing/commanding. Yakni pemberian perintah, arahan dan saran, baik langsung maupun tidak langsungdari pihak atasan kepada anggota sesuai struktur dan mekanisme organisasi. Directing merupakan salah satu tolok ukur leadership seseorang, sebab memberi perintah dan memberi arahan kepada orang lain bukanlah hal yang mudah.
6. Coordinating. Menghubungkan, menyatukan, dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terjadi kerjasama yang terarah dalam kerangka mencapai tujuan.
7. Motivating. Pemberian semangat, dorongan, hiburan kepada bawahan diperlukan agar mereka memiliki dan terjaga semangatnya. Dengan demikian, staf akan bekerja sepenuh hati, dan dapat merasa nikmat (nyaman) dalam bekerja.
8. Controlling. Pengawasan dilakukan untuk menjaga pelaksanaan kegiatan agar tetap berada pada jalur, mekanisme, dan rencana yang telah ditetapkan
9. Reporting. Yakni pelaporan atas perkembangan dan atau hasil-hasil kerja. Hal ini perlu dilakukan secara lisan maupun tertulis agar dapat didokumentasikan, serta dievaluasi, sehingga dapat menjadi bahan yang dapat dipelajari oleh generasi berikutnya.
Dari definisi-definisi tersebut dapat digaris bawahi bahwa managemen adalah;
1. Tata laksana proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.
2. Kemampuan memperoleh hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain.
3. Seluruh kegiatan menggerakkan sekelompok orang dan fasilitas dalam suatu usaha kerja sama untuk mencapai tujuan.
Kepemimpinan
Fungsi-fungsi manajemen tersebut merupakan pondasi dari kepemimpinan. Artinya, tanpa ada dan dilaksanakannya fungsi-fungsi manajemen tersebut maka tidak akan muncul system kepemimpinan. Kepemimpinan dapat ditinjau dari tiga hal, yakni;
1. Kualifikasi kepemimpinan. Aspek ini dapat diperoleh melalui bakat maupun melalui proses belajar.
2. Gaya kepemimpinan. Dalam hal ini adalah seni memimpin. Ada satu contoh dalam gaya kepemimpinan. Ketika banyak walikota melakukan penataan kota dengan melakukan penggusuran dan pemindahan secara paksa pada pedagang kaki lima. Sebagai akibatnya, walikota ditentang, dicemooh, disikapi sinis, dan sebagainya, meskipun apa yang diinginkan oleh walikoat adalah baik. Sementara ada seorang walikota (Solo) melakukan hal yang berbeda. Ia memilih melakukan pendekatan langsung kepada para pedagang kaki lima, ngobrol dari hati ke hati. Hasilnya, para pedagang kaki lima menyetujui pemindahan tempat berjualan bagi pedagang kaki lima. Perpindahan tempat inipun dilakukan dengan sukarela oleh para pedagang, bahkan dilakukan kirap dengan perayaan resmi. Ini adalah satu contoh bahwa pemimpin boleh memiliki tujuan yang mulia, tetapi kemampuan menerapkan seni memimpin yang baik akan menentukan apakah gagasannya diterima dengan sukarela atau tidak.
3. Faktor situasi. Faktor ini akan mempengaruhi gaya kepemimpinan seseorang. Contoh; gaya kepemimpinan Soekarno, Soeharto, BJ. Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY. Masing-masing berbeda-beda, tergantung pada situasi dan kondisi social, politik yang berkembang.
Pengertian Manajemen Dakwah
Setelah membahas pengertian dan definisi tentang manajemen, mari kita tengok sekilas tentang pengertian dakwah. Dakwah menurut salah satu definisi (HMS Nasaruddin Latif) adalah setiap aktivitas atau usaha dengan lisan atau tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah Swt., sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari’ah serta akhlaq islamiyah.
Dari dua pengertian tersebut dapat digarisbaahi pengertian manajemen dakwah adalah suatu proses merencanakan tugas, mengelompokkan, menghimpun, dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok tugas yang disusun, dan kemudian menggerakkannya kea rah pencapaian tujuan dakwah. Atau dengan kata lain, manajemen dakwah adalah suatu proses pelaksanaan dakwah melalui prinsip-prinsip manajemen, yaitu; perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan control, (POAC; planning, organizing, actuating, controlling).

Ruang lingkup managemen dakwah
Ruang lingkup kajian manajemen dakwah difokuskan pada bagaimana mengelola SDM, materi, obyek, dan media dakwah. SDM meliputi orang atau kelompok orang yang mendakwahkan Islam. Materi berarti pengetahuan tentang keislaman yang mencakup ilmu agama secara langsung maupun ilmu umum sebagai ilmu pendukung. Obyek berarti sasaran dakwah yang menghadapi beraneka problem keagamaan. Dan media yang berarti sarana yang dapat dimanfaatkan untuk berdakwah.
Semua itu menjadi


Spyros Makridakis and Steven C. Wheelwright, Victor E. McGee, 1983, Forecasting; Methods and Aplications, Canada; John Wiley & sons. Dikutip dari Sam Abede Pareno, Manajemen Berita; Antara Idealisme dan Realitas, Surabaya, papyrus, 2003.
Manullang, 1996, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta, Ghalia Indonesia.
Indriyo Gitosudarmo, 1990, Prinsip Dasar Manajemen, Yogyakarta, BPFE.
Rafi’udin dan Mama Abdul Djaliel, 1997, Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung, Pustaka Setia.



• Pengertian Manajemen Dakwah
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengaturan terhadap anggota organisasi serta penggunaan sumber-sunber yang ad secara tepat untuk meraih tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Sedangkan dakwah menurut Al-Ghazali, adalah program pelengkap yang meliputi semua pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia untuk memberikan penyelesaian tentang agama untuk mencapai tujuan hidup dan membedakan mana yang boleh dan harus boleh.
Jadi manajemen dakwah adalah suatu proses merencanakan tugas, mengelompokkan, menghimpun, dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok tugas yang disusun, dan kemudian menggerakkannya kea rah pencapaian tujuan dakwah. Atau dengan kata lain, manajemen dakwah adalah suatu proses pelaksanaan dakwah melalui prinsip-prinsip manajemen, yaitu; perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan control, (POAC; planning, organizing, actuating, controlling).
• Ruang lingkup Manajemen Dakwah
1. SDM meliputi orang atau kelompok orang yang mendakwahkan Islam.
2. Materi berarti pengetahuan tentang keislaman yang mencakup ilmu agama secara langsung maupun ilmu umum sebagai ilmu pendukung.
3. Obyek berarti sasaran dakwah yang menghadapi beraneka problem keagamaan.
4. media yang berarti sarana yang dapat dimanfaatkan untuk berdakwah.
• Langkah-langkah merencanakan kerja dakwah
1. Seni, karakter, arsitek bentuk organisasi ; agar dakwahnya menjadi indah, tidak kering, variatif dan penuh makna
2. System manajemen yang komprehansif dan inovatif ; harus belajar dan mengadopsi manajemen perusahaan, agar kegiatan dakwahnya dapat berkembang dan solid.
3. Jaringan kerja dengan pihak luar ; untuk memperkuat keja dakwah dan untuk melindungi organisasi kita dari serangan atau kekuatan eksternal.
4. Merumuskan dan melakukan pendidikan dan pelatihan anggota ; merubah kehidupan masyarakat yang menyangkut pemikiran, keyakinan, gaya hidup, tradisi atau budaya.
5. Menyebabkan atau menyampaikan gagasan kepada masyarakat luas.

• Manajemen Dakwah Rasul
1. Membangun Basic Spiritual (terjadi di Makkah)
a. Dakwah kepada kerabat dekat
b. Dakwah kepada keluarga besar
c. Dakwah kepada lingkungan
d. Pembentukan kelompok dengan membangun kelompok, mencari backing politik dan mencari dan memberi kelompok solid
2. Terjadi di Madinah
a. Membentuk kelompok solid antara 2 kelompok besar (anshar dan mujahirin)
b. Membentuk masyarakat solid yang plural
c. Lobi politik dengan ke Negara lain.
d. Penaklukan Makkah.
• Pengorganisasian Dakwah
1. Staffing yakni menempatkan orang atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada ke dalam unit kerja untuk menjalankan tugas unit yang bersangkutan.
2. Directing/commanding. Yakni pemberian perintah, arahan dan saran, baik langsung maupun tidak langsungdari pihak atasan kepada anggota sesuai struktur dan mekanisme organisasi.
3. Motivating. Pemberian semangat, dorongan, hiburan kepada bawahan diperlukan agar mereka memiliki dan terjaga semangatnya.
4. Controlling. Pengawasan dilakukan untuk menjaga pelaksanaan kegiatan agar tetap berada pada jalur, mekanisme, dan rencana yang telah ditetapkan

• Tantangan dalam Manajamen Dakwah
1. Ada agen atau struktur social, anatara lain keluarga, kelompok masyarakat kecil, sekolah, kelompok agama dan media.
2. Fungsi-fungsi social yang ada dalam masyarakat dengan cara menjalankannya.
3. Konsep dakwah mengarah pada suatu masalah, namun belum ada problem solving.
4. Institusi social yang ad, namun tidak berjalan dengan fungsinya.

• Pelaksanaan Dakwah
1. Insklusif ; berdakwah dengan membaur pada masyarakat. Kelebihannya adalah menjangkau lapisan masyarakat, sedangkan kelemahannya adalah susah mengajak masyarakat untuk berdakwah.
2. Ekslusif ; membentuk masyarakat terpisah dan memenuhi kelompoknya sendiri. Kelebihannya adalah untuk menata masyarakat atau kelompoknya atau harus mematuhi aturan yang sudah ada.

• Pengendalian Dakwah
1. Membangun dakwah
2. Menciptakan organisasi dan manajemen dakwah yang sehat, terbuka, dan efektif
3. Membangun dan menjaga kredibilitas lembaga dan pelaku dakwah

• Evaluasi Dakwah
1. Mengukur dan melihat tingkat keberhasilan dakwah dari yang direncanakan.
2. Menilai proses pelaksanaan dakwah.
3. Menilai kredibilitas, keterlibatan dan tanggungjawab SDM.
4. Mengukur efektifitas manajemen dakwah
5. Menilai penyelesaian masalah.
6. Mengukur biaya.
7. Merumuskan program, strategi dan perencanaan untuk di masa mendatang.
Deskripsi Tentang
• Realitas social : adanya TPQ yang digunakan untuk kegiatan mengaji untuk anak-anak, yang hingga sekarang masih ad keberadaanya.
• Lembaga Dakwah : tempat yang digunakan biasanya berada di masjid- masjid yang berada disekitar lingkungan
• Lembaga Keagamaan : seperti TPQ (taman pendidikan qur’an) yang digunakan sebagai tempat belajar mengaji anak-anak.
• Potensi Dakwah : pemikiran yang kuat, kemampuan manajemen, dan kepercayaan yang tinggi.

SWOT
• Streght : dari segi SDM, kebanyakan masyarakatnya lebih mengedepankan pendidikan agama
• Weakness : masyarakat lebih cendrung tidak solid, hidup dengan apa adanya
• Opportunity : peluang untuk mengembangkan TPQ yang lebih maju dan berkembang
• Treatman : ancamanya apabila para peserta didik mulai bosan dan tidak mau lagi untuk belajar mengaji lagi.
Rencana Dakwah
1. Jangka panjang : berharap adanya TPQ di desa Rejomulyo akan lebih maju dan lebih baik, menambah jumlah siswa atau santrinya
2. Jangka pendek : menambah guru-guru untuk mengajar di TPQ tersebut, sebagai tindak lanjut dari rencana dakwah jangka panjang dengan menambah santrinya.
3. Jangka menengah : menambah wawasan atau pengetahuan tentang agama secara luas, jadi bukan hanya mengaji saja, namun juga ada pendidikan tentang agama islam.
4. Strategis dan teknis : strategisnya melalui pendekatan yang tentunya
diberikan kepada orangtua calon santri untuk bias mengikuti pendidikan TPQ,
teknisnya adalah mengadakan pengajian bersama dengan seluruh warga masyarakat.


C. Definisi manajemen dakwah
Manajemen dakwah adalah suatu perangkat atau organisasi dalam mengolah dakwah agar tujuan dakwah tersebut dapat lebih mudah tercapai sesuai dengan hasil yang diharapkan.

D. unsur-unsur manajemen dakwah
1. Perencanaan dakwah: tahap ini meliputi membuat susunan materi dakwah yang akan disampaikan kepada Mad'u. dan juga membuat susunan acara yang akan dilakukan mulai dari awal hingga akhir acara tersebut
2. Pengorganisasian dakwah: tahap ini merupakan, tahap yang dimana segala anggota penyelenggara acara berkumpul bersama dan saling bekerja sama dengan harapan tujuan dakwah tersebut bisa sukses.
3. Penggerakkan dakwah: tahap ini merupakan di mana segala anggota yang terlibat, menjalankan tugasnya masing-masing sesuai dengan perencanaan kegiatan dakwah yang telah dibuat bersama.
4. Pengendalian dakwah: tahap ini merupakan suatu upaya mengatur jalannya acara, agar acara tersebut berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat bersama. Jadi situasi acaranya bisa terkendali.
5. Evaluasi dakwah: tahap ini merupakan suatu upaya melihat hasil / feedback yang diberikan mad'u, setelah mad'u tersebut menerima pesan dakwah yang disampaikan oleh Da'i.

Definisi dakwah menurut bahasa
Pada saat sekarang ini, sering kali terjadi istilah dakwah yang banyak disempitartikan oleh kebanyakan orang sehingga dakwah sering identik, dengan pengajian, khutbah, dam arti-arti sempit lainnya. Oleh karena itu, istilah dakwah perlu dipertegas takrifnya.

Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa arab dakwah dan kata da’a, yad’u yang berarti panggilan, ajakan, seruan. Dakwah dengan pengertian diatas dapat dijumpai dalam ayat-ayat al-Qur’an, antara lain:

33. Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku." (QS. Yusuf: 33)
dari segi bahasa dakwah juga dapat diartikan sebagai mengajak, menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr ma’ruf dan nahi mungkar, mau’idzhoh hasanah, tabsyir, indzhar, washiyah, tarbiyah, ta’lim, dan khotbah.

Istilah dakwah digunakan dalam al-Qur’an baik dalam bentuk fi’il maupun dalam bentuk masdar berjumlah lebih dari seratus kata. Sementara itu, dakwah dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan, dan 7 kali mengajak ke neraka atau kejahatan. Al-Qur’an menggunakan kata dakwah untuk mengajak kepada kebaikan maupun kepada kejahatan yang disertai dengan resiko pilihan. Dan secara istilah dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan makna dakwah dalam konteks yang berbeda.

125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.


104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.

Terlepas dari hal itu pemakaian kata ”dakwah” dalam masyarakat Islam, terutama di indonesia, adalah sesuatu yang tidak asing. Arti dari kata ”dakwah” yang dimaksudkan adalah ”seruan” dan ”ajakan” kalau kata dakwah diberi arti ”seruan” maka yang dimaksudkan adalah seruan kepada Islam atau seruan Islam. Demikian juga halnya kalau diberi arti ” ajakan”. Maka yang dimaksud adalah ajakan kepada Islam atau ajakan Islam. Kecuali itu, Islam sebagai agama disebut agama dakwah, maksudnya adalah agama yang disebarluaskan dengan cara damai, tidak lewat kekerasan.

Kata “Dakwah” berasal dari bahasa arab yaitu: yang berarti menyeru, memanggil, mengajak, mengundang. Secara terminologi, dakwah menurut Asmuni Syukir sebagai berikut:

“Pengertian dakwah dapat diartikan dari dua segi yaitu dakwah bersifat pembinaan dan dakwah bersifat pengembangan. Pembinaan artinya suatu kegiatan mempertahankan dan menyempurnakan sesuatu hal yang sudah ada sebelumnya. Sedangkan pengembangan yaitu suatu kegiatan yang mengarah kepada pembaharuan atau mengadakan sesuatu yang belum ada.

Dalam al-Qur’an, dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan, dan 7 kali mengajak ke neraka atau kejahatan. Jadi dari pengertian-pengertian dakwah menurut bahasa di atas, dapat didefinisikan dakwah Islam sebagai kegiatan mengajak, mendorong, dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meneliti jalan Allah dan istiqomah di jalan-Nya serta berjuang bersama meninggikan Agama Allah. Kata mengajak, mendorong, dan memotivasi adalah kegiatan dakwah yang berada dalam ruang lingkup tabligh. Kata bashirah untuk menunjukkan bahwa dakwah harus dengan ilmu dan perencanaan yang baik. Kalimat meniti jalan Allah untuk menunjukkan tujuan dakwah, yaitu mardhotillah. Kalimat Istiqomah di jalan-Nya untuk menunjukkan dakwah berkesinambungan. Sedangkan kalimat berjuang bersama meninggikan agama Allah. Untuk menunujukkan bahwa dakwah bukan hanya untuk menciptakan kesalehan pribadi, tetapi juga harus menciptakan kesalehan sosial. Untuk mewujudkan masyarakat yang saleh tidak bisa dilakukan dengan sendiri-sendiri tetapi dilakukan dengan bersama-sama.

Definisi dakwah dari segi terminologi
Menurut Syekh Ali Makhfudh dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin, mengatakan dakwah adalah: mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

Menurut syekh Muhammad Khidr Husain dalam bukunya al-Dakwah ila al-Ishlah mengatakan dakwah adalah upaya untuk memotivasi orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amr ma’ruf nahi mungkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar