Sabtu, 18 Juni 2011

Pemikiran Modern dalam Islam napoleon

Peranan Masyarakat dalam Meningkatkan Pendidikan Agama,
A. Pendahuluan
Peranserta, untuk tidak menyebut prakarsa, masyarakat Muslim Indonesia dalam pendidikan dan perguruan keagamaan sangat signifikan dan bahkan sangat dominan. Sepanjang sejarah pendidikan Islam di kawasan ini, Masyarakat Muslim dalam skala yang tetap besar bukan hanya berperan serta-artinya ikut “nimrung”-tetapi bahkan mengambil posisi terdepan dalam pendirian, pengembangan dan pemberdayaan pendidikan keagamaan.
Tuntutan pengembangan sumber daya manusia dari waktu ke waktu semakin meningkat. Oleh karena itu layanan pendidikan harus mampu mengikuti perkembangan tersebut. Selain keluarga dan sekolah, masyarakat memiliki peran tersendiri terhadap pendidikan. Peran dominan orang tua pada saat anak-anak dalam masa pertumbuhan hingga menjadi orang tua. Dan pada masa tersebut orang tua harus mampu memenuhi kebutuhan pokok seorang anak. Sedangkan peran pada pendewasaan dan pematangan individu merupakan peran dari kelompok masayarakat.
Menurut Al-Syaibani, masyarakat dalam pengertian yang paling sederhana ialah kumpulan individu dan kelompok yang di ikat oleh kesatuan Negara, kebudayaan dan agama. Termasuk segala jalinan hubungan yang timbal balik, kepentingan bersama,adat kebiasan, pola-pola, teknik-teknik, syistem hidup, undang-undang,institusi dan segala segi dan phenomena yang di rangkum oleh masyarakat dalam pengertian luas dan baru.
Masyarakat merupakan kelompok sosial terbesar dalam suatu negara. Selain di dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, pendidikan juga dapat berlangsung di dalam lingkungan masyarakat. Pendidikan di dalam lingkungan masyarakat tentunya berbeda dengan pendidikan yang terjadi pada lingkungan keluarga dan sekolah. Masyarakat yang terdiri dari individu-individu dalam suatu kelompok masyarakat tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan yang lainnya dalam sebuah mata rantai kehidupan.
Bukan hal yang asing, bila kita seringkali mendengar semboyan ini: Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat. Tetapi pada kenyataannya, sampai saat ini, peran serta masyarakat masih belum maksimal. Walaupun sekarang semua sekolah telah membentuk Komite Sekolah yang pada prinsipnya merupakan wakil masyarakat dalam membantu sekolah, namun belum berfungsi dan berperan sebagaimana yang diharapkan. Karena itu kaitan masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi yaitu :
1. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan baik dilembagakan maupun tidak dilembagakan
2. Lembaga-lembaga masyarakat atau kelompok sosial masyarakat baik langsung maupun tidak langsung mempunyuai peranan dan fungsi edukatif.
3. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang maupun tidak dirancang dan dimanfaatkan.
Masyarakat adalah kumpulan individu dan kelompok yang diikat dalam kesatuan negara, kebudayaan, dan agama yang memiliki cita-cita,peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu. Sedangkan partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi program pembangunan. Hal itu sesuai pula dengan hak masyarakat dalam pendidikan yaitu mereka dapat berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan.
Masyarakat adalah sistem sosial yang di dalamnya unit-unit melakukan saling hubungan dalam memberi aksi dan reaksi terhadap setiap peristiwa. Setiap aksi-reaksi masyarakat merupakan respon sekaligus stimulan bagi munculnya inovasi dan transformasi dalam masyarakat itu sendiri. Proses tranformasi terjadi dalam struktur sosial melalui proses komunikasi baik langsung, maupun tidak langsung. Proses komunikasi itu kemudian memberikan warna terhadap perubahan cara pandang dan budaya masyarakat melalui agen perubahan. Agen perubahan adalah masyarakat itu sendiri. Ia adalah subyek sekaligus obyek dari perubahan yang terjadi di dalam.
Selama ini penyelenggaraan partisipasi masyarakat di Indonesia terbatas pada keikutsertaan anggota masyarakat dalam implementasi atau penerapan program-program pembangunan. Hal ini dipahami sebagai upaya mobilisasi untuk kepentingan pemerintah dan negara. Dalam implementasi partisipasi masyarakat, seharusnya anggota masyarakat merasa bahwa tidak hanya menjadi objek dari kebijakan pemerintah namun harus dapat mewakili masyrakat itu sendiri dengan kepentingan mereka. Perwujudan partisipasi masyarakat dapat dilakukan secara individu atau kelompok, spontan atau terorganisir, secara berkelanjutan atau sesaat.
D. Tantangan Pendidikan Agama
Sebelum menjelaskan tentang peranan masyarakat dalam peningkatan pendidikan agama, ada baiknya diketahui terlebih dahulu tentang apa yang menjadi tantangan pendidikan agama. Sehingga peranan yang dimainkan oleh masyarakat tersebut pada gilirannya sekaligus menjadi solusi terhadap berbagai persoalan yang saat ini tengah dihadapi pendidikan agama. Diantara persoalan-persoalan tersebut adalah:
a. Krisis moral-akhlak
Memperhatikan kenyataan merosotnya akhlak sebagian besar bangsa kita, tentunya penyelenggara pendidikan agama beserta para guru agama dan dosen agama tergugah untuk merasa bertanggung jawab guna meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan agama agar mampu membantu mengatasi kemerosotan akhlak yang sudah parah itu.
Pendidikan agama adalah termasuk pendidikan nilai. Pendidikan nilai apapun tidak mudah menanamkannya ke dalam pribadi anak didik, karena banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor penunjang maupun faktor penghambat. Sebagai contoh, ada seorang anak yang di dalam rumah mendapat pendidikan yang baik karena kebetulan bapak-ibunya guru. Tetapi di luar rumah, dia mempunyai kawan yang nakal, yang sering mengajaknya main judi dan melihat film porno. Kalau kebetulan mereka menang dalam judi, mereka bersenang-senang ke tempat mesum. Bapak-ibunya tidak tahu kelakuan anaknya yang sesungguhnya.
Keberhasilan pendidikan tidak dapat diandalkan pada pendidikan formal di sekolah saja, tetapi diharapkan adanya sinkronisasi dengan pendidikan di luar sekolah, yaitu pendidikan dalam keluarga (informal) dan masyarakat (nonformal). Pengaruh faktor luar sekolah terhadap pendidikan ini merupakan masalah yang serius pada dewasa ini. Misalnya, para siswa di sekolah dididik menjadi anak yang jujur, tetapi kenyataan dalam masyarakat, mereka menjumpai perilaku suap-menyuap, korupsi, pungli, dan selingkuh merajalela.
Di sekolah mereka dididik berbusana sopan dan menjauhi minuman keras, tetapi dalam tayangan televisi ataupun perilaku turis asing yang datang ke Indonesia banyak yang berpakaian mempertontonkan aurat dan minuman keras merupakan kebiasaan mereka sehari-hari.
Perlu diingat, kemerosotan akhlak tidak dapat dicarikan kambing hitamnya dengan menyatakan, bahwa hal itu karena pelaksanaan pendidikan agama di sekolah yang kurang berhasil. Mengapa? Karena, kemerosotan akhlak bangsa disebabkan oleh banyak faktor, seperti pengaruh globalisasi, krisis ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lain-lain. Misalnya, karena terjadinya krisis ekonomi menyebabkan banyak orang sulit mencari sesuap nasi.
Akhirnya mereka nekat mencuri, menipu, memeras, menggarong, melacur, dan lain-lain. Contoh lain, karena pengaruh globalisasi, orang ingin mencontoh gaya hidup mewah, maka karyawan atau pegawai rendah pun ingin bisa memiliki kendaraan bermotor. Akhirnya mereka berupaya mencari uang dengan cara apapun asal bisa memiliki kendaraan bermotor.
Kiranya perlu kita sadari pula bahwa merebaknya kenakalan remaja, perkelahian antar pelajar terutama di kota-kota besar, munculnya “premanisme” dan berbagai bentuk kejahatan lainnya merupakan tantangan bagi para pendidik, tokoh masyarakat, guru agama, dan kita semua.
Tetapi kita juga ingin menegaskan bahwa dalam menghadapi kasus-kasus kejahatan tersebut guru-guru agama tidak dapat dipersalahkan begitu saja atau dijadikan “kambing hitam”. Guru Agama tidak dapat dipersalahkan secara pukul rata lantaran ada kejahatan, tidak berakhlak, brutal, alkoholis, berkelahi dan bersikap kurangajar! Banyak faktor lain yang lebih dominan dalam pembentukan perilaku dan watak mereka. Karenanya kita menolak kalau ada pihak yang menilai bahwa semakin “merebaknya“ kejahatan dan kenakalan remaja itu merupakan indicator kuat terhadap kegagalan pendidikan agama disekolah-sekolah. Tetapi meski demikian kita juga tidak boleh bersikap apatis sambil berkata: “apa yang terjadi, terjadilah!
”Tokoh-tokoh Islam, Ulama’ dan guru-guru agama kiranya tetap menaruh rasa prihatin dan perlu proaktif untuk ikut menangulangi kejahatan dan kenakalan remaja dan premanisme tersebut. Perlu kita sadari juga, bahwa para preman, remaja dan pelajar yang suka berkelahi, anak-anak yang suka mabuk-mabukan, mereka yang melakukan kejahatan di kota-kota besar, sebagian besar berasal dari keluarga muslim, baik dari kalangan yang berada maupun dari kalangan yang tidak punya. Tetapi sekali lagi, hal tersebut bukan indikator kegagalan atau merosotnya kualitas penghayatan dan pengamalan keagamaan umat Islam Indonesia.
b. Disorientasi fungsi keluarga
Fungsi keluarga yang dikenal sebagi tempat pendidikan utama dan pertama, nampaknya saat ini sudah berubah seiring dengan era globalisasi dalam setiap lini kehiduapan. Fungsi keluarga yang semula menjadi basecamp pendidikan pertama bagi anggota keluarga (anak, ibu dan bapak), saat ini mulai bergeser ke luar, yakni bisa berpindah ke lingkungan sekolah dan masyarakat.
Ibu yang sering disebut sebagai “madrosatul ula” saat ini sudah banyak yang berkerja, berprofesi di luar rumah. Sehingga pada gilirannya anggota keluarga, terutama anak-anak sering menjadi korban, kurang terperhatikan, terutama dalam kebutuhan psikologisnya, tingkat kedekatan dan kasih sayangnya. Akhirnya mereka banyak yang sering melampiaskan kegiatannya di luar rumah, dan terjerumus ke jurang kenistaan dan kehinaan.
c. Lemahnya learning society
Seiring dengan era globalisasi, dimana sikap individualitas semakin menguat dan gaya interaksi antar individu tersebut sangat fungsional. Maka hal tersebut telah berakibat pada lemahnya peran serta masyarakat dalam pembelajaran di lingkungan keluarga. Learning society secara praktek sudah dilakukan oleh masyarakat Indonesia- meski belum secara maksimal- namun secara konsep masih meraba-raba. Dalam batasan ini, adapun yang dimaksud dengan learning society adalah pemberdayaan peran masyarakat dalam keluarga dalam bidang pendidikan, termasuk dalam bidang pendidikan agama. Selama ini peran pendidikan formal, dalam arti sekolah, yang baru mendapatkan perhatian. Sementara pendidikan non formal dan informal di Indonesia belum mendapatkan perhatian hanya dalam porsi yang sedikit.
d. Menguatnya faham sekuler dan liberal
Diantara tantangan yang cukup serius yang dihadapi pendidikan agama adalah menguatnya faham sekular dan liberal. Kedua faham tersebut tak jarang menjadikan kebingungan di kalangan masyarakat; Sekularisme atau ( الما نية ) adalah sebuah gerakan yang menyeru kepada kehidupan duniawi tanpa campur tangan agama. Ini berarti bahwa dalam aspek politik dan pemerintahan juga harus berdasar pada sekularisme. Sementara Liberalisme adalah faham kebebasan dalam memahami syari’at, yaitu dengan melakukan perubahan metodologi ijtihad yang menekankan aspek kontekstualitas historis, rasio, sehingga hukum Islam menjadi relatif dan tidak ada kepastian.
Padahal agama Islam yang merupakan agama wahyu, selama ini diyakini sebagai agama yang universal dan integral (shaalihun likulli zaman wa makan), mempunyai pandangan yang serasi antara akal dan wahyu, mengambil jalan tengah dalam setiap persoalan (manhaj al-wustho(
e. Masih Kuatnya Manajeman Patriarki
Dalam ruang lingkup lembaga pendidikan agama/keagamaan masih sering kita dapatkan manajemen patriarki (kekeluargaan). Artinya semua unsur pemangku kebijakan di lembaga tersebut adalah terdiri dari satu keluarga-kerabat, misalnya dari unsur ketua yayasan, Pembina,, Pengawas, Pengurus, Kepala Sekolah, bahkan Guru dan staf. Pendekatan manajemen seperti ini dalam banyak hal akan menimbulkan disfungsi manajemen organisasi kelembagaan pendidikan yang ada. Yang sudah barang tentu akan mengganggu pada profesionalitas manajemen pengelolaan lembaga tersebut. Termasuk dalam pengembangan pendidikan agama, apabila manajemen yang digunakan masih berpusat pada manajemen keluarga (patriarki), maka dapat dikatakan tingkat akuntabilitasnya sulit dipertanggung jawabkan.
E. Peranan Masyarakat dalam Pendidikan Agama
Berdasarkan pada tantangan yang dihadapi pendidikan agama dan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tersebut di atas, maka bentuk-bentuk peranan masyarakat dalam meningkatkan pendidikan agama adalah sebagai berikut:
1. Revitalisasi dan reorientasi pendidikan agama di keluarga
Anggota keluarga yang terdiri dari individu-individu masyarakat, memiliki peranan yang strategis dalam memberikan penguatan terhadap pendidikan agama. Tanggung jawab orang tua dalam memberikan pendidikan agama terhadap anggota keluarga akan memberi dampak yang paling nyata dalam peningkatan pendidikan agama. Dengan contoh suri teladan yang baik dalam perilaku keagamaan keluarga, akan lebih efektif dalam proses pencapaian tujuan pendidikan agama, yaitu menjadikan peribadi yang sempurna (berkeperibadian islami).
Di tengah-tengah terjadinya disfungsi keluarga sebagai lingkungan pendidikan partama dan utama, adalah peranan nyata anggota masyarakat saat ini untuk mengembalikan fungsinya sebagai “madrosatul ula”. Fungsi-fungsi anggota keluarga harus kembali mendapat penguatan, apakah itu sebagai ayah, ibu maupun anak, yang merupakan lingkungan terkecil dari suatu masyarakat.
2. Pembiayaan, Pemberian bahan dan sarana pendidikan agama dan keagamaan
Salah satu peluang untuk peran serta masyarakat dalam meningkatkan pendidikan agama dan keagamaan adalah dalam hal pembiayaan pendidikannya. Sebagaimana dimaklumi bahwa terutama pendidikan formal yang bercorak keislaman yang dibawah naungan Kementerian Agama RI, seperti: RA, MI, M.Ts, MA atau sejenisnya masih cukup memperihatinkan, apabila dibandingkan dengan pendidikan umum di bawah naungan kemendiknas RI, rata-rata pembiayaan satuan pendidikan agama (unit cost) tersebut, hanya 38 % yang ditanggung pemerintah, selebihnya (62 %) masih ditanggung anggota masyarakat (orang tua) . Hal tersebut menunjukkan contoh konkret peran serta masyarakat sekaligus kemandirian madrasah yang harus dipertahankan, sekaligus ditingkatkan. Sementara itu mayoritas madrasah (91 %) dikelola oleh swasta dengan jumlah keseluruhan satuan pendidikan madrasah sebanyak 40.258 buah.
Peran serta masyarakat juga dapat berupa wakaf tanah untuk penambahan bangunan madrasah, sarana penunjang pendidikan agama, seperti masjid Madrasah, dan saran penunjang lainnya. Sebagaimana pernah dilakukan pula oleh masyarakat pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid, dimana sarjana Baitul Hikmah melakukan gerakan wakaf tanah untuk fasilitas pendidikan, seperti perpustakaan, dll.
Wakaf pada asalnya adalah bertujuan mengekalkan yang asal dan memanfaatkannya untuk kebaikan, atau harta yang dapat digunakan hasilnya tetapi asalnya kekal.
3. Penguatan Learning Society dalam Pendidikan Agama
Salah satu sarana potensial dalam penguatan learning society adalah Masjid, Musholla, Langgar dan sejenisnya. Dapat dipastikan hampir tiap RW memiliki Masjid atau Musholla, yang secara umum mempunyai jama’ah masing-masing (yang terdiri dari anggota masyarakat). Dalam kontek ini Masjid telah berfungsi sebagai tempat belajar masyarakat untuk meningkatkan wawasan keagamaan/keislaman. Pusat-pusat pembelajaran masyarakat tentang agama telah berdiri di Masjid selama berabad-abad sehingga sampai sekarang. Namun di era teknologi informasi-globalisasi ini yang meng-hegemony hampir seluruh lapisan kehidupan, maka tradisi mengaji di masjid, musholla dan langgar pada saat ini berkurang. Jutaan mata masyarakat muslim yang biasa belajar agama selepas shalat magrib sambil menunggu shalat Isya. Sekarang telah beralih di depan televisi, menonton sinetron dan atau jalan-jalan ke Mall.
Dalam kondisi yang seperti tersebut di atas, maka peran serta masyarakat dalam mengembalikan kualitas pendidikan agama dengan penguatan learning society melalui pengajian-pengajian di musholla, masjid, langgar dll., menjadi sangat penting untuk dilakukan secara terprogram, aktif dan kreatif. Selain itu untuk meminimalistir distorsi pemahaman agama masyarakat, dapat dipelopori juga gerakan TV dan internet sehat, dll.
4. Berpartsipasi aktif dalam Komite Madrasah/Sekolah
Salah satu sarana untuk berperan serta dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama adalah masyarakat dapat berperan aktif di Komite Sekolah/Madrasah sebagaimana diatur dalam pasal 56 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, bahwa masyarakat dapat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan. Termasuk di dalamnya bidang pendidikan agama.
5. Mendorong dan mendukung semua program Pendidikan Agama di madrasah/sekolah;
Peran serta masyakat untuk meningkatkan pendidikan agama juga dapat dilakukan dengan mendorong dan mendukung semua kebijakan Sekolah/madrasah yang terkait peningkatan mutu pendidikan agama, baik melalui program kurikuler, misalnya, dengan adanya jam tambahan khusus jam pelajaran agama (Membaca Alqur’an setiap hari pada awal pembelajaran, seperti di Al-Azhar, dan Islamic Fullday School, atau beberapa sekolah umum lainnya, membiasakan berbusana Muslim di Sekolah umum. Dan juga dapat mendukung dalam program ekstrakurikuler, seperti Studi Islam Intensif, Kuliah Dluha, Pesantren Kilat, dll.
6. Mendirikan dan mengembangkan lembaga pendidikan agama yang berbasis mutu
Diakui atau tidak, lembaga pendidikan agama (Islam), secara umum masih dianggap lembaga pendidikan nomor dua jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum lainnya. Dan hal ini pula yang menjadi keprihatinan para pengamat pendidikan Islam. Maka salah satu peran serta aktif masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan agama adalah dengan mendirikan dan mengembangkan lembaga pendidikan agama yang berbasis mutu.
Untuk menjadikan lembaga pendidikan agama dan keagamaan (seperti Madrasah) yang bermutu, maka menurut Afifuddin aspek-aspek suatu sekolah/madrasahnya dipersyaratkan mempunyai standar mutu pula, antara lain aspek administrasi/manajemen, Aspek Ketenagaan, Aspek Kesiswaan, Aspek Kultur Belajar, Aspek Sarana dan Prasarana. Namun demikian, saat ini telah bermunculan beberapa sekolah/madrasah bercorak keagamaan/Ke-Islaman yang telah dianggap berbasis mutu, seperti MIN 1 Malang Jawa Timur, SMU Insan Cendikia Serpong-Tangerang, SMU Madania, Parung-Bogor, Madrasah Pembangunan UIN jakarta, AL-Azhar Pondok Labu-Jakarta, dll.
F. Penutup/Kesimpulan
Secara garis besar peningkatan “peranserta” masyarakat dalam pemberdayaan dan peningkatan pendidikan keagamaan dapat dikerangkakan sebagai berikut; Pertama; peningkatan peranserta masyarakat dalam pemberdayaan managemen pendidikan.yakni peningkatan pengembangan managemen yang lebih accountable, baik dari segi keuangan maupun organisasi pendidikan itu sendiri. Melalui peningkatan ini, sumber-sumber finansial masyarakat dapat dipertanggungjawabkan secara lebih efisien untuk pemberdayaan dan peningkatan kualitas pendidikan Islam; begitu juga dari segi organisasi, sehingga menjadi lebih viable dan durable dalam perubahan dan tantangan zaman. Kedua, peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan pendidikan yang berkualitas dan berkeunggulan, yang pada gilirannya akan mendorong perkembangan madrasah dan lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya menjadi “centers of exellence “ yang mengahsilkan pendidik yang berparadigma keilmuan “komprehensif”, yakni pengetahuan umum dan agama, plus imtaq. Ketiga; peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber-sumber belajar lain yang dapat dalam masyarakat, sehingga system pendidikan Islam tidak terpisah, atau menjadi bagian integral dari masyarakat muslim secara keseluruhan. Melalui pengembangan ini, madrasah atau perguruan lainnya dapat menjadi “core’’ dari “learning society”, masyarakat belajar, yang gilirannya membuat anak didik keluaran lembaga pendidikan Islam lebih berkualitas, capable, fungsional dan integrated dengan masyarakat.
Penghayatan dan pengamalan keagamaan umat Islam dalam masa dua atau tiga dekade terakhir ini jauh lebih maju, semarak dan mantap dibandingkan dengan masa sebelumnya atau dimasa orde lama. Betapapun masih ada kekurangan dan hambatan, program pendidikan agama telah memberikan hasil dan dampak positif bagi peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan generasi muda dan umat Islam Indonesia.
Kesadaran masyarakat untuk menanamkan keimanan dan ketaqwaan sedini mungkin kepada anak-anak didik kita makin tumbuh dan merata. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin maraknya kegiatan “pendidikan agama”. Melalui media masa, munculnya pengajian-pengajian, majlis ta’lim, madrasah diniyah, pesantren kilat, taman pendidikan Al Qur’an, dan lain-lain.Gerakan masyarakat dalam kegiatan pendidikan agama tersebut perlu didorong lebih luas dan meningkat lagi, dan segala kekurangan dan hambatan yang ada kita tanggulangi dan kita carikan jalan keluar.

LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal (sekolah) saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan.
Dengan kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk mancapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada di luar lingkungan formal.
PENGERTIAN, JENIS
DAN FUNGSI LINGKUNGAN PENDIDIKAN
A.Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidupa lainnya. Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan dan lingkungan sosial.
Sebagai contoh saat berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sedangkan lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial.
B.Jenis Lingkungan Pendidikan
a.Jenis Lingkungan Pendidikan
Mengacu pada pengertianlingkungan pendidikan seperti tertulis diatas, maka lingkungan pendidikan dapat dibedakan atau dikategorikan menjadi 3 macam lingkungan yaitu (1) lingkungan pendidikan keluarga; (2) lingkungan pendidikan sekolah ; (3) lingkungan pendidikan masyarakat atau biasa disebut tripusatOleh KI Hajar Dewantara lingkungan ketiga disebut sebagai perkumpulan pemuda.
1.Lingkungan Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga disebut pendidikan utama karena di dalam lingkungan ini segenap potensi yang dimiliki manusia terbentuk dan sebagian dikembangkan. Bahkan ada beberapa potensi yang telah berkembang dalam pendidikan keluarga.
Pendidikan keluarga dapat diebdakan menjadi dua yakni :
a)Pendidikan prenatal (pendidikan sebelum lahir)
Merupakan pendidikan yang berlangsung selama anak belum lahir atau masih dalam kandungan. Pendidikan prenatal lebih dipengaruhi kepada kebudayaan lingkungan setempat. Sebagai contoh dalam masyarakat jawa dikenal berbagai macam upacara adat selama anak masih ada dalam kandungan seperti neloni, mitoni. Selain upacara-upacara adat untuk menyelamati anak yang masih dalam kandungan dalam masyarakat jawa dikenal juga berbagai macam sirikan (hal-hal yang harus dihindari) selama anak masih dalam kandungan.
Dalam kehidupan yang lebih modern sekarang ini, terdapat pula model pendidikan prenatal. Seperti mendengarkan lagu-lagu klasik selama anak masih dalam kandungan, melakukan pemerikasaan rutin ke dokter kandungan atau mengkonsumsi nutrisi yang baik bagi si jabang bayi adalah contoh-contoh pendidikan prenatal dalam kehidupan modern.
Secara sederhana pendidikan prenatala dalam keluarga bertujuan untuk menjamin agar si jabang bayi sehat selama dalam kandungan hingga nanti pada akhirnya dapat terlahir dengan proses yang lancar dan selamat.
b)Pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir)
Merupakan pendidikan manusia dalam lingkungan keluarga di mulai dari manusia lahir hingga akhir hayatnya. Segala macam ilmu kehidupan yang diperoleh dari keluarga merupakan hasil dari proses pendidikan keluarga postnatal. Dari manusia lahir sudah diajari bagaimana caranya tengkurap, minum, makan, berjalan hingga tentang ilmu agama.
Sama seperti pendidikan prenatal yang tujuan adalah menjamin manusia lahir ke dunia, pendidikan postnatal ditujukan sebagai jaminan agar manusia dapat menjadi manusia yang baik dan tidak mengalami kesulitan berarti selama proses manusia hidup.
Bagaimana manusia bersikap tentang segala macam lingkungannya di luar lingkungan keluarag sangat tergantung pada bagaimana proses pendidikan keluarga berlangsung. Dalam dunia modern seperti sekarang, bagaimana pendidikan keluarga berlangsung tidak sepenuhnya tergantung pada orang tua namun bisa juga dipengaruhi oleh orang lain yang notabene bukan bagian dari keluarga. Ini bisa terjadi karena kesibukan orangtua maka orangtua lebih cenderung untuk menyewa orang lain untuk merawat (mengasuh) anaknya.
2.Lingkungan Pendidikan Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, sekolah telah mencapai posisi yang sangat sentral dan belantara pendidikan keluarga. Hal ini karena pendidikan telah berimbas pola piker ekonomi yaitu efektivitas dan efesiensi dan hal ini telah menjadi semacam ideology dalam proses pendidikan di sekolah.
Sekolah merupakan lingkungan baru bagi anak. Tempat bertemunya ratusan anak dari berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda, baik status sosial maupun agamanya. Di sekolah inilah anak akan terwarnai oleh berbagai corak pendidikan, kepribadian dan kebiasaan, yang dibawa masing-masing anak dari lingkungan dan kondisi rumah tangga yang berbeda-beda.
Seorang pengajar adalah merupakan figur dan tokoh yang menjadi panutan anak-anak dalam mengambil semua nilai dan pemikiran tanpa memilah antara yang baik dengan yang buruk. Karena anak-anak memandang, guru adalah sosok yang disanjung, didengar dan ditiru, sehingga pengaruh guru sangat besar terhadap kepribadian dan pemikiran anak.
3.Lingkungan Pendidikan Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
lingkungan masyarakat, atau lingkungan pergaulan anak. Biasanya adalah teman-teman sebaya di lingkungan terdekat. Secara umum anak-anak Indonesia merupakan anak “kampung” yang selalu punya “konco dolanan”. Berbeda dengan anak kota yang sudah sejak dini terasing dari pergaulan karena berada di lingkungan kompleks yang individualistik.
Pendidikan anak di jaman kesejagatan dan modern ini tidaklah mudah. Di satu sisi jaman ini memberikan berbagai banyak kemajuan teknologi yang memungkinkan anak-anak kita memperoleh fasilitas yang serba “canggih” dan “wah”. Anak-anak sekarang sejak dini sudah mengenal HP, camera, dan berbagai peralatan yang amat jauh dengan jaman “ aku si anak singkong”. Kemajuan yang demikian cepat juga ditengarai membawa dampak negatif seperti tersedianya informasi negatif melalui media masa dengan teknologi yang sulit untuk dihindari. Misalnya: porno, kekerasan, konsumerisme, takhayul, klenik dan kemusyrikan melalui berbagai media informasi seperti internet, handphone, majalah, televisi dan juga vcd.
Berbagai kenyataan modernitas dan ketersediaan tersebut faktanya tidak sulit bahkan setiap hari disediakan baik oleh keluarga, masyarakat dan juga dunia informasi. Maraknya dunia periklanan memaksa informasi beredar lebih mudah, lebih seronok dan juga lebih merangsang rasa ingin tahu, rasa ingin mencoba sebagai akibat “rayuan maut” publikasi yang memang dirancang secara apik oleh para ahli komunikasi dengan biaya yang mahal dan dengan dampak meluas dan mendalam. Dapat dikatakan informasi-informasi tersebut dapat lebih cepat hadir daripada sarapan pagi kita, atau lebih cepat disantap daripada nasehat orang tua. Informasi tersebut masuk melalui jendela-jendela ICT (information communication technology).
b.Hubungan Antara Lingkungan Pendidikan dengan Proses Pendidikan Manusia
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:
1.pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya
2.pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
3.pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.
D.Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses Pendidikan Manusia
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Antara lingkungan yang sau dengan lingkungan yang lain tidak mungkin untuk berdiri sendiri. Terdapat hubungan timbale balik dan saling mempengaruhi antar lingkungan pendidikan.
Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Lingkungan sekolah sebagai bekal skil dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masayarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri.
Melihat hal diatas maka sudah selayaknya terdapat koordinasi antar lingkungan sehingga terjadi keselarasan dan keserasian dalam menjadikan manusia yang berpendidikan dan berkepribadian unggul.
DAFTAR PUSTAKA
Munib Achmad, dkk. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang. UPT MKK UNNES
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Lingkungan Pengaruh
Bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan pengaruh inti, setelah itu sekolah dan kemudian masyarakat. Keluarga dipandang sebagai lingkungan dini yang dibangun oleh orangtua dan orang-orang terdekat. Dalam bentuknya keluarga selalu memiliki kekhasan. Setiap keluarga selalu berbeda dengan keluarga lainnya. Ia dinamis dan memiliki sejarah “perjuangan, nilai-nilai, kebiasaan” yang turun temurun mempengaruhi secara akulturatif (tidak tersadari). Sebagaian ahli menyebutnya dbahwa Pengaruh keluarga amat besar dalam pembentukan pondasi kepribadian anak. Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah keluarga yang penuh konflik, tidak bahagia, tidak solid antara nilai dan praktek, serta tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang rusak.
Secara umum masyarakat Jawa hidup dalam norma masyarakat yang relatif masih baik, meskipun pergeseran-pergeserannya ke arah rapuh semakin kuat. Lingkungan buruk yang sering terjadi di sekitar anak, misalnya: kelompok pengangguran, judi yang di”terima”, perkataan jorok dan kasar, “yang-yangan” remaja yang dianggap lumrah, dan dunia hiburan yang tidak mendidik.
Sebenarnya masih banyak pengaruh positif yang dapat diserap oleh anak-anak kita di wilayah budaya masyarakat Jawa, seperti: tutur kata bahasa Jawa yang kromo inggil ataupun berbagai peraturan hidup yang tumbuh di dalam budaya Jawa. Masalahnya adalah bagaiamana mengelaborasi nilai-nilai tersebut agar cocok dengan nilai-nilai modernitas dan Islam.
Namun pada masa kini pengaruh sesungguhnya mana yang buruk dan bukan menjadi serba relatif dan kadang tidak dapat dirunut lagi. Banyak anak yang mengalami kesulitan menghadapi anak bukan karena keluarga mereka tidak memberikan kebiasaan yang baik. Demikian juga banyak anak yang tetap dapat menjadi baik justru tumbuh di keluarga yang kurang baik.
Meskipun demikian secara umum berdasarkan penelitian, bahwa anak-anak akan selalu menyalahkan kondisi keluarga manakala mereka menghadapi masalah apa saja, apakah karena keluarganya telah melakukan yang benar apalagi kalau buruk.
Indikasi pengaruh negatif
Sulit untuk dipisahkan apakah karena kondisi keluarga atau lingkungan sebaya dan pergaulan. Namun sebaiknya para orang tua perlu mengantisipasi beberapa indikasi negatif berikut ini:
(1) Apabila acara TV telah menyedot perhatian anak pada jam-jam efektif belajar. Berdasarkan survey bahwa anak-anak usia sekolah dasar perkotaan menghabiskan waktunya 43% untuk menonton acara TV pada jam-jam belajar. Mereka menjadi sasaran produser film dan iklan-iklan consumer good.
(2) Anak mulai menyukai kegiatan luar rumah pada jam-jam belajar di rumah dan mengalihkan pada kegiatan non-belajar, seperti: jalan-jalan ke mall, play station, dan tempat nongkrong lain. Berdasarkan penelitian Deteksi Jawapos (Maret 2005) bahwa anak-anak SD sekarang ini mengalami penurunan greget belajar karena memperoleh alternatif mengalihkan perhatian pada (acara TV, hiburan luar ruang, dan jalan-jalan).
(3) Anak-anak merasa kesulitan menghafal atau mengerjakan PR secara terus menerus tetapi merasa ketagihan untuk melakukan hal-hal yang tidak berhubungan dengan pencerdasan diri. Berdasarkan pengamatan Prof. Kusdwiratri (Desember, 2004) menurunnya minat intelektual disertai tidak berminatnya pada kegiatan lain yang mencerdaskan anak bukti berhasilnya sistem hiburan secara massal terhadap anak-anak Indonesia dan dunia belajar anak yang gagal. Perlu diwaspadai jangan sampai pengaruhnya berlangsung permanen.
Tantangan terbesar dalam pendidikan anak jaman ini adalah informasi yang rusak dan pengaruh buruk yang diciptakan oleh lingkungan modernitas yang tidak berbasis agama.
Tugas berat para orang tua adalah meyakinkan fungsi keluarga mereka benar-benar amana, nayaman bagi anak-anak mereka. Rumah adalah surga bagi anak, dimana mereka dapat menjadi cerdas, sholeh, dan tentu saja tercukupi lahir dan bathinnya. Padahal mana ada surga yang dibangun di atas keserbakekurangan iman, ilmu dan amal sholeh.
Tugas masyarakat adalah bagaimana menjadikan dirinya aman bagi generasi mereka sendiri. Kini yang terjadi kita semua mencemaskan lingkungan kita sendiri. Bahkan kita hampir-hampir tak percaya dengan sekolah kita bahwa mereka mampu menjadi daerah yang aman bagi anak-anak kita.
Tugas besar ini memang mirip dengan tugas kenabian:
”Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al Kitab dan hikmah serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui” (QS. Al Baqarah:151).
Tetapi bukanklah Allah mengajarkan kepada kita untuk senantiasa menyiapkan generasi yang terbaik untuk setiap jamannya.

EKSPEDISI NAPOLEON
Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.
Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu. Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai. Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya di hadapan dunia Internasional. Meskipun pada akhirnya Napoleon dimakamkan secara Kristen di Perancis pada tgl 15 Desember 1840 di gereja Paris, namun sepertinya hal tersebut sebagai sesuatu untuk mengaburkan fakta bahwa beliau adalah seorang Muslim. Namanya berubah menjadi ‘Aly (Ali) Napoleon Bonaparte’. Hal ini sesuai dengan ucapannya : “Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans.” Artinya kurang lebih demikian “Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda di setiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan Nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam.”
Napoleon Bonaparte, namanya tercatat di semua buku-buku sejarah dunia. Setelah ratusan tahun lamanya Perancis dipimpin oleh raja-raja, Napoleon Bonaparte merupakan pemimipin Perancis pertama yang bergelar Kaisar, ia memerintah pada tahun 1804-1814 dan 1815. Pada masa jayanya, Napoleon Bonaparte mungkin salah satu pemimpi paling besar sepanjang sejarah manusia. Melalui karismanya yang disertai kerja keras dan ambisi gilanya, ia bertekad untuk mewujudkan mimpinya untuk menguasai seluruh Eropa. Mimpinya hampir saja terwujud, seluruh dataran Eropa hampir saja dikuasainya baik dengan diplomasi maupun peperangan. Sayang kekalahannya di Waterloo melawan pasukan Inggris yang dipimpin oleh Duke of Wellington membuat ambisinya terhenti sekaligus mengakhiri kariernya sebagai Kaisar Perancis. Napoleon ditangkap dan diasingkan ke pulau terpencil St. Helena. (1815).
a. Tujuan Ekspedisi
Perselisihan antara para pemimpin Mamluk untuk mendapatkan kekuasaan Mesir terus berlanjut hingga datang tak terduga dan seolah-olah tidak dari manapun, satu keuasaan asing, penakluk hebat mendarat di Iskandariah pada Juli 1789 M, dia adalah Napoleon Bonaparte dari Perancis. Ketika terdengar berita pendaratan Perancis di Iskandariah pertama kali sampai ke telinga para pemimpin mamluk di Kairo, Abd al-Rahman al-Jabarti menyebutkan mereka tidak mengindahkan sama sekali hal itu “mereka bersandar pada kekuatannya, dan mengklaim bahwa seandainya seluruh orang prancis datang, mereka tidak akan mampu menghadapi mamluk, dan mamluk akan menginjak-injak tentara prancis dengan kaki kuda-kuda mereka”. Hal ini diikuti oleh kekalahan, kepanikan dan usaha pemberontakan.
Tujuan kedatangannya adalah untuk menghukum para Mamluk, yang ia tuduh dalam pidato kedatangannya yang disampaikan dalam bahasa Arab sebagai muslim yang tidak baik, tidak seperti dirinya dan orang Perancis lain, serta untuk mengembalikkan kekuasaan Porte. Tujuan yang sebenarnya adalah melancarkan serangan hebat pada kerajaan Inggris dengan cara memutus jalur komunikasinya dengan wilayah timur, sehingga ia memiliki daya tawar untuk menguasai dunia. Napoleon juga mempunyai tujuan lain seperti Alexander Marcedonia yang menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Namun, Penghancuran armada Perancis di teluk Abokir pada 1 Agustus 1798, M. tertahannya ekspedisi yang gagal di Akka pada tahun 1799 M. dan kekalahan pada pertempuran Iskandariah pada 21 Maret 1801 M. menggagalkan ambisi Napoleon di timur dan kemudian berusaha mengevakuasi pasukan Perancis dari Mesir. Wilayah Mesir yang sejak itu hanya memainkan peranan kecil dalam percaturan dunia sebagai sumber upeti dan markas operasi untuk memelihara dominasi Utsmani di Suriah dan Arab tiba-tiba terserap ke dalam pusaran Internasional sebagai gerbang menuju India dan wilayah terakhir dari kawasan timur yang ekstrim. Ekspedisi Napoleon memalingkan pandangan Negara-negara Eropa lainnya pada rute menuju India yang sekian lama terlupakan, kemudian mereka menyusun gerakan yang menimbulkan reaksi berantai sehingga menjadikan kawan-kawan timur dekat sebagai pusat badai dari intrik-intrik diplomasi orang Eropa.
Di tahun 1798 ia memimpin penyerbuan Perancis ke Mesir. Langkah ini ternyata merupakan malapetaka. Di darat, umumnya pasukan Napoleon berhasil, tetapi Angkatan Laut Inggris di bawah pimpinan Lord Nelson dengan mantap mengobrak-abrik armada Perancis, dan di tahun 1799 Napoleon meninggalkan pasukannya di Mesir dan pulang ke Perancis.
Pada tahun 1798 M, kekuatan ekspedisi Perancis yang dikomandani Napoleon dapat menguasai Mesir dengan mudah tidak sampai tiga minggu setelah mendarat di Iskandariah. Hal ini menandakan betapa lemahnya pertahanan Kerajaan Utsmani dan kaum Mamluk. Perancis memerintah Mesir selama tiga tahun dari tahun 1798 M. sampai 1801 M., dari sana mencoba bergerak ke Suriah, tetapi dipaksa menarik pasukannya karena intervasi Inggris Raya dan Utsmaniyyah. Setelah adanya aliansi militer resmi pertama kali antara Utsmaniyyah dan Negara-negara non muslim.
Napoleon datang ke Mesir bukan hanya membawa tentara. Dalam rombongannya terdapat 500 kaum sipil dan 500 wanita. Di antara kaum sipil itu terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Dia juga membawa 2 set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab, dan Yunani. Ekspedisi ini bukan hanya untuk kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Oleh karena itu dibentuklah lembaga ilmiah yang bernama institute d ‘Egypte yang mempunyai empat bagian ilmu, yaitu: ilmu pasti, ilmu alam, ilmu Ekonomi-Politik, dan ilmu Sastra-Seni. Publikasi yang diterbitkan lembaga ini adalah La Decade Egyptienne dan Le Courrier d ‘Egypte. Setelah terbentuknya lembaga ini, sikap-sikap perlawanan Jabarti terhadap para penguasa baru bercampur dengan semacam kekaguman kepada para sarjana dan ilmuwan yang datang bersama para penguasa tersebut “jika ada seorang muslim yang mengunjungi mereka guna melihat-lihat, mereka tidak mencegahnya memasuki tempat-tempat yang paling berharga…. Dan setiap kali mereka menemukan dalam dirinya keinginan atau hasrat akan ilmu pengetahuan, mereka menunjukkan persahabatan dan cinta kepadanya, mereka akan mengeluarkan segala macam gambar, peta, hewan, barang-barang, tanaman-tanaman, sejarah kuno dan sejarah bangsa-bangsa, serta kisah kenabian… saya sering mengunjungi mereka dan mereka menunjukkan semua hal itu. Saya lihat di sana benda-benda dan percobaan-percobaan ganjil yang menghasilkan hal-hal besar untuk dapat ditangkap oleh akal seperti yang ada pada diri kita. Ungkapan al-Jabarti itu menandakan begitu terpuruknya kaum muslimin Mesir mengenai sains dan teknologi saat itu. Keadaan menjadi berbalik 180 derajat. Kalau di Periode Klasik orang Barat yang kagum melihat kebudayaan dan peradaban Islam. Sedangkan di Periode Modern kaum Islam yang heran melihat kebudayaan dan kemajuan Barat.
Pengaruh Napoleon terhadap Pembaharuan di Mesir
Masyarakat Mesir adalah masyarakat religius yang sangat menghormati agama. Mereka memandang agama di atas segala-galanya, sebagai bagian integral dari budaya, adat istiadat, dan masyarakat. Kelompok-kelompok Islam, masing-masing menurut doktrinnya, memanfaatkannya dengan menggunakan semua kekuatan untuk menrongrong negara dan meraih tujuan bersama, penerapan hukum Islam (syariah) dan menegakkan pemerintahan Islam yang terbebas dari segala pengaruh Barat. Demikianlah kelompok-kelompok itu yakin pada masa Nabi Muhammad dan para pengikut awalnya. Mereka mengidealisasikan periode awal Islam dan menurut ajaran mereka hanya kembali ke zaman keemasan inilah Mesir modern bisa sembuh dari segala penyakit. Dengan berdalih bahwa pengaruh Barat yang dimulai dari invasi Napoleon sebagai akar segala kebobrokan, mereka mendukung tulisan-tulisan dan deklarasi-deklarasi mereka dengan tafsir Al-Qur’an dari Ibnu Hanbal dan Ibnu Taimiyah yang keduanya menyeru untuk membaca Al-Qur’an secara tekstual, sembari menolak semua penafsiran, filsafat, dan teks-teks yang menyertai.
Di makalah ini kami membahas tentang pendudukan Napoleon dan pengaruhnya terhadap pembaharuan di Mesir. Untuk lebih jelasnya lagi anda bisa membaca hasil pembahasan kami mengenai ini.
b. Penaklukan Napoleon Terhadap Mesir
Napoleon menyerbu Mesir pada tanggal 2 Juli 1798. mula-mula mendarat di Iskandariyah dan dalam waktu tiga minggu Napoleon dapat menguasai seluruh Mesir. Setelah menguasai Mesir Napoleon terus menyerang Palestina. Akan tetapi setelah sampai terus menyerang Palestina, akan tetapi setelah selesai di Palestina sedang berjangkit penyakit kolera, sehingga banyak tentara Palestina yang meninggal dunia.
Walaupun Napoleon menguasai Mesir hanya dalam waktu sekitar tiga tahun, namun pengaruh yang ditinggalkannya sangat besar dalam kehidupan bangsa Mesir.
c. Tujuan Ekspedisi Napoleon ke Mesir
Perancis adalah salah satu negara yang cukup besar dan menjadi saingan Inggris yang telah menguasai India untuk memutuskan hubungan Inggris dan India. Napoleon berpendapat, Mesir harus dapat dikuasai. Dengan penguasaan Mesir maka hubungan Inggris ke India terhambat dan di samping itu Mesir merupakan daerah yang cukup baik untuk pemasaran baru hasil-hasil produksi industri Perancis.
Selain dari tujuan tersebut di atas, tampaknya Napoleon mempunyai tujuan tertentu pula yaitu ingin mengikuti jejak Alexander yang pernah menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Tempat yang strategis untuk maksud harus menguasai Mesir, bukan Roma atau Paris yang dapat dijadikan basis ekspansi ke India.
Ide-Ide Baru yang Dibawa Napoleon
Ekspedisi Napoleon bukan hanya kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Oleh karena itu, banyak ide-ide baru yang dibawa Napoleon yang dihasilkan dari revolusi Perancis kepada Mesir, antara lain :
a) Sistem pemerintahan Republik
Sistem pemerintahan ini yang menjadi penguasa bukanlah raja, tetapi kepala Negara dalam waktu tertentu tidak selamanya. Dia tunduk kepada Undang-undang Dasar dan bisa dijatuhkan oleh parlemen. Sistem ini sangat berlainan sekali dengan sistem pemerintahan absolut raja-raja Islam, yang tetap menjadi raja selama ia masih hidup dan kemudian digantikan oleh anaknya, tidak tunduk kepada konstitusi atau parlemen, karena kedua hal tersebut tidak ada dalam sistem kerajaan itu.
b) Ide persamaan (egalite)
Ide persamaan bertujuan agar rakyat sama-sama turut serta dalam soal pemerintahan. Kalau sebelumnya rakyat mesir tak turut dalam pemerintahan Negara mereka, kini semuanya disamaratakan untuk turut serta. Untuk itu Napoleon mendirikan suatu badan kenegaraan yang terdiri dari ulama-ulama Al-Azhar dan pemuka-pemuka dalam dunia dagang dari Cairo dan daerah-daerah. Tugas badan ini ialah membuat undang-undang, memelihara ketertiban dan menjadi perantara antara penguasa-penguasa Perancis dan umum rakyat Mesir. Di samping itu didirikan pula satu badan lain bernama Diwan Al-ummah yang dalam waktu-waktu tertentu mengadakan sidang untuk membicarakan hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan nasional. Setiap daerah mengirimkan sembilan wakil ke sidang Diwan itu, tiga dari golongan ulama dan pedagang, satu dari golongan petani, kepala desa dan kepala suku bangsa Arab. Dewan ini mempunyai seratus delapan puluh anggota dan sidang pertama diadakan dari tanggal 5 sampai 20 oktober 1798 M. keputusan yang diambil ialah menganjurkan perubahan peraturan pajak yang ditetapkan Kerajaan Usmani.
c) Ide kebangsaan
Ide kebangsaan yang terkandung dalam maklumat Napoleon bahwa orang perancis merupakan suatu bangsa (nation) dan kaum Mamluk adalah orang asing yang datang ke Mesir dari Kaukasus, jadi walaupun sama-sama orang islam tetapi berlainan bangsa dengan orang Mesir. Maklumat itu Juga mengandung kata-kata umat Mesir (اَلْأُمَّةُ اْلمِصْرِيَّةُ). Bagi orang islam di waktu itu yang ada hanyalah umat Islam (اَلْأُمَّةُ اْلِاسْلَامِيَّةُ) dan tiap orang Islam adalah saudaranya dan ia tidak begitu sadar akan perbedaan bangsa dan suku bangsa namun yang disadarinya adalah perbedaan agama. Oleh karena itu, untuk menterjemahkan kata nation ke dalam bahasa arab juga sulit. Kata Arab yang dipakai ialah al-millah (اَلْمِلََّةُ ) umpamanya dalam al-Millah Al-Faransiah untuk la nation francaise. Millah berarti agama. Kata Arab yang diapakai untuk nation ialah qaum, sya’b dan ummah.
Itulah beberapa dari ide-ide yang dibawa ekspedisi Napoleon ke Mesir, yang pada waktu itu belum mempunyai pengaruh yang nyata bagi umat Islam di Mesir. Tetapi dalam perkembangan kontak dengan Barat di abad Kesembilan belas, ide-ide itu makin jelas dan kemudian diterima dan dipraktekkan.
Bagaimanapun, ekspedisi Napoleon telah membuka mata umat Islam Mesir akan kelemahan dan kemundurannya. Mereka bisa mengetahui ketinggalannya dalam peradaban dan kemajuan Barat. Akhirnya, Para penguasa dan cendekiawan muslim mulai memperoleh gairah dengan gerakan pembaruan yang bertujuan ingin menggapai kembali kemajuan dalam Periode Klasik. Kaum muslim semakin intensif dan bersemangat mengkaji kembali doktrin-doktrin dasar Islam khususnya dihadapkan pada kemajuan Barat.


EKSPEDISI NAPOLEON
Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.
Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu. Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai. Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya di hadapan dunia Internasional. Meskipun pada akhirnya Napoleon dimakamkan secara Kristen di Perancis pada tgl 15 Desember 1840 di gereja Paris, namun sepertinya hal tersebut sebagai sesuatu untuk mengaburkan fakta bahwa beliau adalah seorang Muslim. Namanya berubah menjadi ‘Aly (Ali) Napoleon Bonaparte’. Hal ini sesuai dengan ucapannya : “Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans.” Artinya kurang lebih demikian “Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda di setiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan Nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam.”
Napoleon Bonaparte, namanya tercatat di semua buku-buku sejarah dunia. Setelah ratusan tahun lamanya Perancis dipimpin oleh raja-raja, Napoleon Bonaparte merupakan pemimipin Perancis pertama yang bergelar Kaisar, ia memerintah pada tahun 1804-1814 dan 1815. Pada masa jayanya, Napoleon Bonaparte mungkin salah satu pemimpi paling besar sepanjang sejarah manusia. Melalui karismanya yang disertai kerja keras dan ambisi gilanya, ia bertekad untuk mewujudkan mimpinya untuk menguasai seluruh Eropa. Mimpinya hampir saja terwujud, seluruh dataran Eropa hampir saja dikuasainya baik dengan diplomasi maupun peperangan. Sayang kekalahannya di Waterloo melawan pasukan Inggris yang dipimpin oleh Duke of Wellington membuat ambisinya terhenti sekaligus mengakhiri kariernya sebagai Kaisar Perancis. Napoleon ditangkap dan diasingkan ke pulau terpencil St. Helena. (1815).
a. Tujuan Ekspedisi
Perselisihan antara para pemimpin Mamluk untuk mendapatkan kekuasaan Mesir terus berlanjut hingga datang tak terduga dan seolah-olah tidak dari manapun, satu keuasaan asing, penakluk hebat mendarat di Iskandariah pada Juli 1789 M, dia adalah Napoleon Bonaparte dari Perancis. Ketika terdengar berita pendaratan Perancis di Iskandariah pertama kali sampai ke telinga para pemimpin mamluk di Kairo, Abd al-Rahman al-Jabarti menyebutkan mereka tidak mengindahkan sama sekali hal itu “mereka bersandar pada kekuatannya, dan mengklaim bahwa seandainya seluruh orang prancis datang, mereka tidak akan mampu menghadapi mamluk, dan mamluk akan menginjak-injak tentara prancis dengan kaki kuda-kuda mereka”. Hal ini diikuti oleh kekalahan, kepanikan dan usaha pemberontakan.
Tujuan kedatangannya adalah untuk menghukum para Mamluk, yang ia tuduh dalam pidato kedatangannya yang disampaikan dalam bahasa Arab sebagai muslim yang tidak baik, tidak seperti dirinya dan orang Perancis lain, serta untuk mengembalikkan kekuasaan Porte. Tujuan yang sebenarnya adalah melancarkan serangan hebat pada kerajaan Inggris dengan cara memutus jalur komunikasinya dengan wilayah timur, sehingga ia memiliki daya tawar untuk menguasai dunia. Napoleon juga mempunyai tujuan lain seperti Alexander Marcedonia yang menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Namun, Penghancuran armada Perancis di teluk Abokir pada 1 Agustus 1798, M. tertahannya ekspedisi yang gagal di Akka pada tahun 1799 M. dan kekalahan pada pertempuran Iskandariah pada 21 Maret 1801 M. menggagalkan ambisi Napoleon di timur dan kemudian berusaha mengevakuasi pasukan Perancis dari Mesir. Wilayah Mesir yang sejak itu hanya memainkan peranan kecil dalam percaturan dunia sebagai sumber upeti dan markas operasi untuk memelihara dominasi Utsmani di Suriah dan Arab tiba-tiba terserap ke dalam pusaran Internasional sebagai gerbang menuju India dan wilayah terakhir dari kawasan timur yang ekstrim. Ekspedisi Napoleon memalingkan pandangan Negara-negara Eropa lainnya pada rute menuju India yang sekian lama terlupakan, kemudian mereka menyusun gerakan yang menimbulkan reaksi berantai sehingga menjadikan kawan-kawan timur dekat sebagai pusat badai dari intrik-intrik diplomasi orang Eropa.
Di tahun 1798 ia memimpin penyerbuan Perancis ke Mesir. Langkah ini ternyata merupakan malapetaka. Di darat, umumnya pasukan Napoleon berhasil, tetapi Angkatan Laut Inggris di bawah pimpinan Lord Nelson dengan mantap mengobrak-abrik armada Perancis, dan di tahun 1799 Napoleon meninggalkan pasukannya di Mesir dan pulang ke Perancis.
Pada tahun 1798 M, kekuatan ekspedisi Perancis yang dikomandani Napoleon dapat menguasai Mesir dengan mudah tidak sampai tiga minggu setelah mendarat di Iskandariah. Hal ini menandakan betapa lemahnya pertahanan Kerajaan Utsmani dan kaum Mamluk. Perancis memerintah Mesir selama tiga tahun dari tahun 1798 M. sampai 1801 M., dari sana mencoba bergerak ke Suriah, tetapi dipaksa menarik pasukannya karena intervasi Inggris Raya dan Utsmaniyyah. Setelah adanya aliansi militer resmi pertama kali antara Utsmaniyyah dan Negara-negara non muslim.
Napoleon datang ke Mesir bukan hanya membawa tentara. Dalam rombongannya terdapat 500 kaum sipil dan 500 wanita. Di antara kaum sipil itu terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Dia juga membawa 2 set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab, dan Yunani. Ekspedisi ini bukan hanya untuk kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Oleh karena itu dibentuklah lembaga ilmiah yang bernama institute d ‘Egypte yang mempunyai empat bagian ilmu, yaitu: ilmu pasti, ilmu alam, ilmu Ekonomi-Politik, dan ilmu Sastra-Seni. Publikasi yang diterbitkan lembaga ini adalah La Decade Egyptienne dan Le Courrier d ‘Egypte. Setelah terbentuknya lembaga ini, sikap-sikap perlawanan Jabarti terhadap para penguasa baru bercampur dengan semacam kekaguman kepada para sarjana dan ilmuwan yang datang bersama para penguasa tersebut “jika ada seorang muslim yang mengunjungi mereka guna melihat-lihat, mereka tidak mencegahnya memasuki tempat-tempat yang paling berharga…. Dan setiap kali mereka menemukan dalam dirinya keinginan atau hasrat akan ilmu pengetahuan, mereka menunjukkan persahabatan dan cinta kepadanya, mereka akan mengeluarkan segala macam gambar, peta, hewan, barang-barang, tanaman-tanaman, sejarah kuno dan sejarah bangsa-bangsa, serta kisah kenabian… saya sering mengunjungi mereka dan mereka menunjukkan semua hal itu. Saya lihat di sana benda-benda dan percobaan-percobaan ganjil yang menghasilkan hal-hal besar untuk dapat ditangkap oleh akal seperti yang ada pada diri kita. Ungkapan al-Jabarti itu menandakan begitu terpuruknya kaum muslimin Mesir mengenai sains dan teknologi saat itu. Keadaan menjadi berbalik 180 derajat. Kalau di Periode Klasik orang Barat yang kagum melihat kebudayaan dan peradaban Islam. Sedangkan di Periode Modern kaum Islam yang heran melihat kebudayaan dan kemajuan Barat.
Pengaruh Napoleon terhadap Pembaharuan di Mesir
Masyarakat Mesir adalah masyarakat religius yang sangat menghormati agama. Mereka memandang agama di atas segala-galanya, sebagai bagian integral dari budaya, adat istiadat, dan masyarakat. Kelompok-kelompok Islam, masing-masing menurut doktrinnya, memanfaatkannya dengan menggunakan semua kekuatan untuk menrongrong negara dan meraih tujuan bersama, penerapan hukum Islam (syariah) dan menegakkan pemerintahan Islam yang terbebas dari segala pengaruh Barat. Demikianlah kelompok-kelompok itu yakin pada masa Nabi Muhammad dan para pengikut awalnya. Mereka mengidealisasikan periode awal Islam dan menurut ajaran mereka hanya kembali ke zaman keemasan inilah Mesir modern bisa sembuh dari segala penyakit. Dengan berdalih bahwa pengaruh Barat yang dimulai dari invasi Napoleon sebagai akar segala kebobrokan, mereka mendukung tulisan-tulisan dan deklarasi-deklarasi mereka dengan tafsir Al-Qur’an dari Ibnu Hanbal dan Ibnu Taimiyah yang keduanya menyeru untuk membaca Al-Qur’an secara tekstual, sembari menolak semua penafsiran, filsafat, dan teks-teks yang menyertai.
Di makalah ini kami membahas tentang pendudukan Napoleon dan pengaruhnya terhadap pembaharuan di Mesir. Untuk lebih jelasnya lagi anda bisa membaca hasil pembahasan kami mengenai ini.
b. Penaklukan Napoleon Terhadap Mesir
Napoleon menyerbu Mesir pada tanggal 2 Juli 1798. mula-mula mendarat di Iskandariyah dan dalam waktu tiga minggu Napoleon dapat menguasai seluruh Mesir. Setelah menguasai Mesir Napoleon terus menyerang Palestina. Akan tetapi setelah sampai terus menyerang Palestina, akan tetapi setelah selesai di Palestina sedang berjangkit penyakit kolera, sehingga banyak tentara Palestina yang meninggal dunia.
Walaupun Napoleon menguasai Mesir hanya dalam waktu sekitar tiga tahun, namun pengaruh yang ditinggalkannya sangat besar dalam kehidupan bangsa Mesir.
c. Tujuan Ekspedisi Napoleon ke Mesir
Perancis adalah salah satu negara yang cukup besar dan menjadi saingan Inggris yang telah menguasai India untuk memutuskan hubungan Inggris dan India. Napoleon berpendapat, Mesir harus dapat dikuasai. Dengan penguasaan Mesir maka hubungan Inggris ke India terhambat dan di samping itu Mesir merupakan daerah yang cukup baik untuk pemasaran baru hasil-hasil produksi industri Perancis.
Selain dari tujuan tersebut di atas, tampaknya Napoleon mempunyai tujuan tertentu pula yaitu ingin mengikuti jejak Alexander yang pernah menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Tempat yang strategis untuk maksud harus menguasai Mesir, bukan Roma atau Paris yang dapat dijadikan basis ekspansi ke India.
Ide-Ide Baru yang Dibawa Napoleon
Ekspedisi Napoleon bukan hanya kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Oleh karena itu, banyak ide-ide baru yang dibawa Napoleon yang dihasilkan dari revolusi Perancis kepada Mesir, antara lain :
a) Sistem pemerintahan Republik
Sistem pemerintahan ini yang menjadi penguasa bukanlah raja, tetapi kepala Negara dalam waktu tertentu tidak selamanya. Dia tunduk kepada Undang-undang Dasar dan bisa dijatuhkan oleh parlemen. Sistem ini sangat berlainan sekali dengan sistem pemerintahan absolut raja-raja Islam, yang tetap menjadi raja selama ia masih hidup dan kemudian digantikan oleh anaknya, tidak tunduk kepada konstitusi atau parlemen, karena kedua hal tersebut tidak ada dalam sistem kerajaan itu.
b) Ide persamaan (egalite)
Ide persamaan bertujuan agar rakyat sama-sama turut serta dalam soal pemerintahan. Kalau sebelumnya rakyat mesir tak turut dalam pemerintahan Negara mereka, kini semuanya disamaratakan untuk turut serta. Untuk itu Napoleon mendirikan suatu badan kenegaraan yang terdiri dari ulama-ulama Al-Azhar dan pemuka-pemuka dalam dunia dagang dari Cairo dan daerah-daerah. Tugas badan ini ialah membuat undang-undang, memelihara ketertiban dan menjadi perantara antara penguasa-penguasa Perancis dan umum rakyat Mesir. Di samping itu didirikan pula satu badan lain bernama Diwan Al-ummah yang dalam waktu-waktu tertentu mengadakan sidang untuk membicarakan hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan nasional. Setiap daerah mengirimkan sembilan wakil ke sidang Diwan itu, tiga dari golongan ulama dan pedagang, satu dari golongan petani, kepala desa dan kepala suku bangsa Arab. Dewan ini mempunyai seratus delapan puluh anggota dan sidang pertama diadakan dari tanggal 5 sampai 20 oktober 1798 M. keputusan yang diambil ialah menganjurkan perubahan peraturan pajak yang ditetapkan Kerajaan Usmani.
c) Ide kebangsaan
Ide kebangsaan yang terkandung dalam maklumat Napoleon bahwa orang perancis merupakan suatu bangsa (nation) dan kaum Mamluk adalah orang asing yang datang ke Mesir dari Kaukasus, jadi walaupun sama-sama orang islam tetapi berlainan bangsa dengan orang Mesir. Maklumat itu Juga mengandung kata-kata umat Mesir (اَلْأُمَّةُ اْلمِصْرِيَّةُ). Bagi orang islam di waktu itu yang ada hanyalah umat Islam (اَلْأُمَّةُ اْلِاسْلَامِيَّةُ) dan tiap orang Islam adalah saudaranya dan ia tidak begitu sadar akan perbedaan bangsa dan suku bangsa namun yang disadarinya adalah perbedaan agama. Oleh karena itu, untuk menterjemahkan kata nation ke dalam bahasa arab juga sulit. Kata Arab yang dipakai ialah al-millah (اَلْمِلََّةُ ) umpamanya dalam al-Millah Al-Faransiah untuk la nation francaise. Millah berarti agama. Kata Arab yang diapakai untuk nation ialah qaum, sya’b dan ummah.
Itulah beberapa dari ide-ide yang dibawa ekspedisi Napoleon ke Mesir, yang pada waktu itu belum mempunyai pengaruh yang nyata bagi umat Islam di Mesir. Tetapi dalam perkembangan kontak dengan Barat di abad Kesembilan belas, ide-ide itu makin jelas dan kemudian diterima dan dipraktekkan.
Bagaimanapun, ekspedisi Napoleon telah membuka mata umat Islam Mesir akan kelemahan dan kemundurannya. Mereka bisa mengetahui ketinggalannya dalam peradaban dan kemajuan Barat. Akhirnya, Para penguasa dan cendekiawan muslim mulai memperoleh gairah dengan gerakan pembaruan yang bertujuan ingin menggapai kembali kemajuan dalam Periode Klasik. Kaum muslim semakin intensif dan bersemangat mengkaji kembali doktrin-doktrin dasar Islam khususnya dihadapkan pada kemajuan Barat.


EKSPEDISI NAPOLEON
Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.
Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu. Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai. Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya di hadapan dunia Internasional. Meskipun pada akhirnya Napoleon dimakamkan secara Kristen di Perancis pada tgl 15 Desember 1840 di gereja Paris, namun sepertinya hal tersebut sebagai sesuatu untuk mengaburkan fakta bahwa beliau adalah seorang Muslim. Namanya berubah menjadi ‘Aly (Ali) Napoleon Bonaparte’. Hal ini sesuai dengan ucapannya : “Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans.” Artinya kurang lebih demikian “Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda di setiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan Nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam.”
Napoleon Bonaparte, namanya tercatat di semua buku-buku sejarah dunia. Setelah ratusan tahun lamanya Perancis dipimpin oleh raja-raja, Napoleon Bonaparte merupakan pemimipin Perancis pertama yang bergelar Kaisar, ia memerintah pada tahun 1804-1814 dan 1815. Pada masa jayanya, Napoleon Bonaparte mungkin salah satu pemimpi paling besar sepanjang sejarah manusia. Melalui karismanya yang disertai kerja keras dan ambisi gilanya, ia bertekad untuk mewujudkan mimpinya untuk menguasai seluruh Eropa. Mimpinya hampir saja terwujud, seluruh dataran Eropa hampir saja dikuasainya baik dengan diplomasi maupun peperangan. Sayang kekalahannya di Waterloo melawan pasukan Inggris yang dipimpin oleh Duke of Wellington membuat ambisinya terhenti sekaligus mengakhiri kariernya sebagai Kaisar Perancis. Napoleon ditangkap dan diasingkan ke pulau terpencil St. Helena. (1815).
a. Tujuan Ekspedisi
Perselisihan antara para pemimpin Mamluk untuk mendapatkan kekuasaan Mesir terus berlanjut hingga datang tak terduga dan seolah-olah tidak dari manapun, satu keuasaan asing, penakluk hebat mendarat di Iskandariah pada Juli 1789 M, dia adalah Napoleon Bonaparte dari Perancis. Ketika terdengar berita pendaratan Perancis di Iskandariah pertama kali sampai ke telinga para pemimpin mamluk di Kairo, Abd al-Rahman al-Jabarti menyebutkan mereka tidak mengindahkan sama sekali hal itu “mereka bersandar pada kekuatannya, dan mengklaim bahwa seandainya seluruh orang prancis datang, mereka tidak akan mampu menghadapi mamluk, dan mamluk akan menginjak-injak tentara prancis dengan kaki kuda-kuda mereka”. Hal ini diikuti oleh kekalahan, kepanikan dan usaha pemberontakan.
Tujuan kedatangannya adalah untuk menghukum para Mamluk, yang ia tuduh dalam pidato kedatangannya yang disampaikan dalam bahasa Arab sebagai muslim yang tidak baik, tidak seperti dirinya dan orang Perancis lain, serta untuk mengembalikkan kekuasaan Porte. Tujuan yang sebenarnya adalah melancarkan serangan hebat pada kerajaan Inggris dengan cara memutus jalur komunikasinya dengan wilayah timur, sehingga ia memiliki daya tawar untuk menguasai dunia. Napoleon juga mempunyai tujuan lain seperti Alexander Marcedonia yang menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Namun, Penghancuran armada Perancis di teluk Abokir pada 1 Agustus 1798, M. tertahannya ekspedisi yang gagal di Akka pada tahun 1799 M. dan kekalahan pada pertempuran Iskandariah pada 21 Maret 1801 M. menggagalkan ambisi Napoleon di timur dan kemudian berusaha mengevakuasi pasukan Perancis dari Mesir. Wilayah Mesir yang sejak itu hanya memainkan peranan kecil dalam percaturan dunia sebagai sumber upeti dan markas operasi untuk memelihara dominasi Utsmani di Suriah dan Arab tiba-tiba terserap ke dalam pusaran Internasional sebagai gerbang menuju India dan wilayah terakhir dari kawasan timur yang ekstrim. Ekspedisi Napoleon memalingkan pandangan Negara-negara Eropa lainnya pada rute menuju India yang sekian lama terlupakan, kemudian mereka menyusun gerakan yang menimbulkan reaksi berantai sehingga menjadikan kawan-kawan timur dekat sebagai pusat badai dari intrik-intrik diplomasi orang Eropa.
Di tahun 1798 ia memimpin penyerbuan Perancis ke Mesir. Langkah ini ternyata merupakan malapetaka. Di darat, umumnya pasukan Napoleon berhasil, tetapi Angkatan Laut Inggris di bawah pimpinan Lord Nelson dengan mantap mengobrak-abrik armada Perancis, dan di tahun 1799 Napoleon meninggalkan pasukannya di Mesir dan pulang ke Perancis.
Pada tahun 1798 M, kekuatan ekspedisi Perancis yang dikomandani Napoleon dapat menguasai Mesir dengan mudah tidak sampai tiga minggu setelah mendarat di Iskandariah. Hal ini menandakan betapa lemahnya pertahanan Kerajaan Utsmani dan kaum Mamluk. Perancis memerintah Mesir selama tiga tahun dari tahun 1798 M. sampai 1801 M., dari sana mencoba bergerak ke Suriah, tetapi dipaksa menarik pasukannya karena intervasi Inggris Raya dan Utsmaniyyah. Setelah adanya aliansi militer resmi pertama kali antara Utsmaniyyah dan Negara-negara non muslim.
Napoleon datang ke Mesir bukan hanya membawa tentara. Dalam rombongannya terdapat 500 kaum sipil dan 500 wanita. Di antara kaum sipil itu terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Dia juga membawa 2 set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab, dan Yunani. Ekspedisi ini bukan hanya untuk kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Oleh karena itu dibentuklah lembaga ilmiah yang bernama institute d ‘Egypte yang mempunyai empat bagian ilmu, yaitu: ilmu pasti, ilmu alam, ilmu Ekonomi-Politik, dan ilmu Sastra-Seni. Publikasi yang diterbitkan lembaga ini adalah La Decade Egyptienne dan Le Courrier d ‘Egypte. Setelah terbentuknya lembaga ini, sikap-sikap perlawanan Jabarti terhadap para penguasa baru bercampur dengan semacam kekaguman kepada para sarjana dan ilmuwan yang datang bersama para penguasa tersebut “jika ada seorang muslim yang mengunjungi mereka guna melihat-lihat, mereka tidak mencegahnya memasuki tempat-tempat yang paling berharga…. Dan setiap kali mereka menemukan dalam dirinya keinginan atau hasrat akan ilmu pengetahuan, mereka menunjukkan persahabatan dan cinta kepadanya, mereka akan mengeluarkan segala macam gambar, peta, hewan, barang-barang, tanaman-tanaman, sejarah kuno dan sejarah bangsa-bangsa, serta kisah kenabian… saya sering mengunjungi mereka dan mereka menunjukkan semua hal itu. Saya lihat di sana benda-benda dan percobaan-percobaan ganjil yang menghasilkan hal-hal besar untuk dapat ditangkap oleh akal seperti yang ada pada diri kita. Ungkapan al-Jabarti itu menandakan begitu terpuruknya kaum muslimin Mesir mengenai sains dan teknologi saat itu. Keadaan menjadi berbalik 180 derajat. Kalau di Periode Klasik orang Barat yang kagum melihat kebudayaan dan peradaban Islam. Sedangkan di Periode Modern kaum Islam yang heran melihat kebudayaan dan kemajuan Barat.
Pengaruh Napoleon terhadap Pembaharuan di Mesir
Masyarakat Mesir adalah masyarakat religius yang sangat menghormati agama. Mereka memandang agama di atas segala-galanya, sebagai bagian integral dari budaya, adat istiadat, dan masyarakat. Kelompok-kelompok Islam, masing-masing menurut doktrinnya, memanfaatkannya dengan menggunakan semua kekuatan untuk menrongrong negara dan meraih tujuan bersama, penerapan hukum Islam (syariah) dan menegakkan pemerintahan Islam yang terbebas dari segala pengaruh Barat. Demikianlah kelompok-kelompok itu yakin pada masa Nabi Muhammad dan para pengikut awalnya. Mereka mengidealisasikan periode awal Islam dan menurut ajaran mereka hanya kembali ke zaman keemasan inilah Mesir modern bisa sembuh dari segala penyakit. Dengan berdalih bahwa pengaruh Barat yang dimulai dari invasi Napoleon sebagai akar segala kebobrokan, mereka mendukung tulisan-tulisan dan deklarasi-deklarasi mereka dengan tafsir Al-Qur’an dari Ibnu Hanbal dan Ibnu Taimiyah yang keduanya menyeru untuk membaca Al-Qur’an secara tekstual, sembari menolak semua penafsiran, filsafat, dan teks-teks yang menyertai.
Di makalah ini kami membahas tentang pendudukan Napoleon dan pengaruhnya terhadap pembaharuan di Mesir. Untuk lebih jelasnya lagi anda bisa membaca hasil pembahasan kami mengenai ini.
b. Penaklukan Napoleon Terhadap Mesir
Napoleon menyerbu Mesir pada tanggal 2 Juli 1798. mula-mula mendarat di Iskandariyah dan dalam waktu tiga minggu Napoleon dapat menguasai seluruh Mesir. Setelah menguasai Mesir Napoleon terus menyerang Palestina. Akan tetapi setelah sampai terus menyerang Palestina, akan tetapi setelah selesai di Palestina sedang berjangkit penyakit kolera, sehingga banyak tentara Palestina yang meninggal dunia.
Walaupun Napoleon menguasai Mesir hanya dalam waktu sekitar tiga tahun, namun pengaruh yang ditinggalkannya sangat besar dalam kehidupan bangsa Mesir.
c. Tujuan Ekspedisi Napoleon ke Mesir
Perancis adalah salah satu negara yang cukup besar dan menjadi saingan Inggris yang telah menguasai India untuk memutuskan hubungan Inggris dan India. Napoleon berpendapat, Mesir harus dapat dikuasai. Dengan penguasaan Mesir maka hubungan Inggris ke India terhambat dan di samping itu Mesir merupakan daerah yang cukup baik untuk pemasaran baru hasil-hasil produksi industri Perancis.
Selain dari tujuan tersebut di atas, tampaknya Napoleon mempunyai tujuan tertentu pula yaitu ingin mengikuti jejak Alexander yang pernah menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Tempat yang strategis untuk maksud harus menguasai Mesir, bukan Roma atau Paris yang dapat dijadikan basis ekspansi ke India.
Ide-Ide Baru yang Dibawa Napoleon
Ekspedisi Napoleon bukan hanya kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Oleh karena itu, banyak ide-ide baru yang dibawa Napoleon yang dihasilkan dari revolusi Perancis kepada Mesir, antara lain :
a) Sistem pemerintahan Republik
Sistem pemerintahan ini yang menjadi penguasa bukanlah raja, tetapi kepala Negara dalam waktu tertentu tidak selamanya. Dia tunduk kepada Undang-undang Dasar dan bisa dijatuhkan oleh parlemen. Sistem ini sangat berlainan sekali dengan sistem pemerintahan absolut raja-raja Islam, yang tetap menjadi raja selama ia masih hidup dan kemudian digantikan oleh anaknya, tidak tunduk kepada konstitusi atau parlemen, karena kedua hal tersebut tidak ada dalam sistem kerajaan itu.
b) Ide persamaan (egalite)
Ide persamaan bertujuan agar rakyat sama-sama turut serta dalam soal pemerintahan. Kalau sebelumnya rakyat mesir tak turut dalam pemerintahan Negara mereka, kini semuanya disamaratakan untuk turut serta. Untuk itu Napoleon mendirikan suatu badan kenegaraan yang terdiri dari ulama-ulama Al-Azhar dan pemuka-pemuka dalam dunia dagang dari Cairo dan daerah-daerah. Tugas badan ini ialah membuat undang-undang, memelihara ketertiban dan menjadi perantara antara penguasa-penguasa Perancis dan umum rakyat Mesir. Di samping itu didirikan pula satu badan lain bernama Diwan Al-ummah yang dalam waktu-waktu tertentu mengadakan sidang untuk membicarakan hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan nasional. Setiap daerah mengirimkan sembilan wakil ke sidang Diwan itu, tiga dari golongan ulama dan pedagang, satu dari golongan petani, kepala desa dan kepala suku bangsa Arab. Dewan ini mempunyai seratus delapan puluh anggota dan sidang pertama diadakan dari tanggal 5 sampai 20 oktober 1798 M. keputusan yang diambil ialah menganjurkan perubahan peraturan pajak yang ditetapkan Kerajaan Usmani.
c) Ide kebangsaan
Ide kebangsaan yang terkandung dalam maklumat Napoleon bahwa orang perancis merupakan suatu bangsa (nation) dan kaum Mamluk adalah orang asing yang datang ke Mesir dari Kaukasus, jadi walaupun sama-sama orang islam tetapi berlainan bangsa dengan orang Mesir. Maklumat itu Juga mengandung kata-kata umat Mesir (اَلْأُمَّةُ اْلمِصْرِيَّةُ). Bagi orang islam di waktu itu yang ada hanyalah umat Islam (اَلْأُمَّةُ اْلِاسْلَامِيَّةُ) dan tiap orang Islam adalah saudaranya dan ia tidak begitu sadar akan perbedaan bangsa dan suku bangsa namun yang disadarinya adalah perbedaan agama. Oleh karena itu, untuk menterjemahkan kata nation ke dalam bahasa arab juga sulit. Kata Arab yang dipakai ialah al-millah (اَلْمِلََّةُ ) umpamanya dalam al-Millah Al-Faransiah untuk la nation francaise. Millah berarti agama. Kata Arab yang diapakai untuk nation ialah qaum, sya’b dan ummah.
Itulah beberapa dari ide-ide yang dibawa ekspedisi Napoleon ke Mesir, yang pada waktu itu belum mempunyai pengaruh yang nyata bagi umat Islam di Mesir. Tetapi dalam perkembangan kontak dengan Barat di abad Kesembilan belas, ide-ide itu makin jelas dan kemudian diterima dan dipraktekkan.
Bagaimanapun, ekspedisi Napoleon telah membuka mata umat Islam Mesir akan kelemahan dan kemundurannya. Mereka bisa mengetahui ketinggalannya dalam peradaban dan kemajuan Barat. Akhirnya, Para penguasa dan cendekiawan muslim mulai memperoleh gairah dengan gerakan pembaruan yang bertujuan ingin menggapai kembali kemajuan dalam Periode Klasik. Kaum muslim semakin intensif dan bersemangat mengkaji kembali doktrin-doktrin dasar Islam khususnya dihadapkan pada kemajuan Barat.


EKSPEDISI NAPOLEON
Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.
Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu. Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai. Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya di hadapan dunia Internasional. Meskipun pada akhirnya Napoleon dimakamkan secara Kristen di Perancis pada tgl 15 Desember 1840 di gereja Paris, namun sepertinya hal tersebut sebagai sesuatu untuk mengaburkan fakta bahwa beliau adalah seorang Muslim. Namanya berubah menjadi ‘Aly (Ali) Napoleon Bonaparte’. Hal ini sesuai dengan ucapannya : “Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans.” Artinya kurang lebih demikian “Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda di setiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan Nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam.”
Napoleon Bonaparte, namanya tercatat di semua buku-buku sejarah dunia. Setelah ratusan tahun lamanya Perancis dipimpin oleh raja-raja, Napoleon Bonaparte merupakan pemimipin Perancis pertama yang bergelar Kaisar, ia memerintah pada tahun 1804-1814 dan 1815. Pada masa jayanya, Napoleon Bonaparte mungkin salah satu pemimpi paling besar sepanjang sejarah manusia. Melalui karismanya yang disertai kerja keras dan ambisi gilanya, ia bertekad untuk mewujudkan mimpinya untuk menguasai seluruh Eropa. Mimpinya hampir saja terwujud, seluruh dataran Eropa hampir saja dikuasainya baik dengan diplomasi maupun peperangan. Sayang kekalahannya di Waterloo melawan pasukan Inggris yang dipimpin oleh Duke of Wellington membuat ambisinya terhenti sekaligus mengakhiri kariernya sebagai Kaisar Perancis. Napoleon ditangkap dan diasingkan ke pulau terpencil St. Helena. (1815).
a. Tujuan Ekspedisi
Perselisihan antara para pemimpin Mamluk untuk mendapatkan kekuasaan Mesir terus berlanjut hingga datang tak terduga dan seolah-olah tidak dari manapun, satu keuasaan asing, penakluk hebat mendarat di Iskandariah pada Juli 1789 M, dia adalah Napoleon Bonaparte dari Perancis. Ketika terdengar berita pendaratan Perancis di Iskandariah pertama kali sampai ke telinga para pemimpin mamluk di Kairo, Abd al-Rahman al-Jabarti menyebutkan mereka tidak mengindahkan sama sekali hal itu “mereka bersandar pada kekuatannya, dan mengklaim bahwa seandainya seluruh orang prancis datang, mereka tidak akan mampu menghadapi mamluk, dan mamluk akan menginjak-injak tentara prancis dengan kaki kuda-kuda mereka”. Hal ini diikuti oleh kekalahan, kepanikan dan usaha pemberontakan.
Tujuan kedatangannya adalah untuk menghukum para Mamluk, yang ia tuduh dalam pidato kedatangannya yang disampaikan dalam bahasa Arab sebagai muslim yang tidak baik, tidak seperti dirinya dan orang Perancis lain, serta untuk mengembalikkan kekuasaan Porte. Tujuan yang sebenarnya adalah melancarkan serangan hebat pada kerajaan Inggris dengan cara memutus jalur komunikasinya dengan wilayah timur, sehingga ia memiliki daya tawar untuk menguasai dunia. Napoleon juga mempunyai tujuan lain seperti Alexander Marcedonia yang menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Namun, Penghancuran armada Perancis di teluk Abokir pada 1 Agustus 1798, M. tertahannya ekspedisi yang gagal di Akka pada tahun 1799 M. dan kekalahan pada pertempuran Iskandariah pada 21 Maret 1801 M. menggagalkan ambisi Napoleon di timur dan kemudian berusaha mengevakuasi pasukan Perancis dari Mesir. Wilayah Mesir yang sejak itu hanya memainkan peranan kecil dalam percaturan dunia sebagai sumber upeti dan markas operasi untuk memelihara dominasi Utsmani di Suriah dan Arab tiba-tiba terserap ke dalam pusaran Internasional sebagai gerbang menuju India dan wilayah terakhir dari kawasan timur yang ekstrim. Ekspedisi Napoleon memalingkan pandangan Negara-negara Eropa lainnya pada rute menuju India yang sekian lama terlupakan, kemudian mereka menyusun gerakan yang menimbulkan reaksi berantai sehingga menjadikan kawan-kawan timur dekat sebagai pusat badai dari intrik-intrik diplomasi orang Eropa.
Di tahun 1798 ia memimpin penyerbuan Perancis ke Mesir. Langkah ini ternyata merupakan malapetaka. Di darat, umumnya pasukan Napoleon berhasil, tetapi Angkatan Laut Inggris di bawah pimpinan Lord Nelson dengan mantap mengobrak-abrik armada Perancis, dan di tahun 1799 Napoleon meninggalkan pasukannya di Mesir dan pulang ke Perancis.
Pada tahun 1798 M, kekuatan ekspedisi Perancis yang dikomandani Napoleon dapat menguasai Mesir dengan mudah tidak sampai tiga minggu setelah mendarat di Iskandariah. Hal ini menandakan betapa lemahnya pertahanan Kerajaan Utsmani dan kaum Mamluk. Perancis memerintah Mesir selama tiga tahun dari tahun 1798 M. sampai 1801 M., dari sana mencoba bergerak ke Suriah, tetapi dipaksa menarik pasukannya karena intervasi Inggris Raya dan Utsmaniyyah. Setelah adanya aliansi militer resmi pertama kali antara Utsmaniyyah dan Negara-negara non muslim.
Napoleon datang ke Mesir bukan hanya membawa tentara. Dalam rombongannya terdapat 500 kaum sipil dan 500 wanita. Di antara kaum sipil itu terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Dia juga membawa 2 set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab, dan Yunani. Ekspedisi ini bukan hanya untuk kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Oleh karena itu dibentuklah lembaga ilmiah yang bernama institute d ‘Egypte yang mempunyai empat bagian ilmu, yaitu: ilmu pasti, ilmu alam, ilmu Ekonomi-Politik, dan ilmu Sastra-Seni. Publikasi yang diterbitkan lembaga ini adalah La Decade Egyptienne dan Le Courrier d ‘Egypte. Setelah terbentuknya lembaga ini, sikap-sikap perlawanan Jabarti terhadap para penguasa baru bercampur dengan semacam kekaguman kepada para sarjana dan ilmuwan yang datang bersama para penguasa tersebut “jika ada seorang muslim yang mengunjungi mereka guna melihat-lihat, mereka tidak mencegahnya memasuki tempat-tempat yang paling berharga…. Dan setiap kali mereka menemukan dalam dirinya keinginan atau hasrat akan ilmu pengetahuan, mereka menunjukkan persahabatan dan cinta kepadanya, mereka akan mengeluarkan segala macam gambar, peta, hewan, barang-barang, tanaman-tanaman, sejarah kuno dan sejarah bangsa-bangsa, serta kisah kenabian… saya sering mengunjungi mereka dan mereka menunjukkan semua hal itu. Saya lihat di sana benda-benda dan percobaan-percobaan ganjil yang menghasilkan hal-hal besar untuk dapat ditangkap oleh akal seperti yang ada pada diri kita. Ungkapan al-Jabarti itu menandakan begitu terpuruknya kaum muslimin Mesir mengenai sains dan teknologi saat itu. Keadaan menjadi berbalik 180 derajat. Kalau di Periode Klasik orang Barat yang kagum melihat kebudayaan dan peradaban Islam. Sedangkan di Periode Modern kaum Islam yang heran melihat kebudayaan dan kemajuan Barat.
Pengaruh Napoleon terhadap Pembaharuan di Mesir
Masyarakat Mesir adalah masyarakat religius yang sangat menghormati agama. Mereka memandang agama di atas segala-galanya, sebagai bagian integral dari budaya, adat istiadat, dan masyarakat. Kelompok-kelompok Islam, masing-masing menurut doktrinnya, memanfaatkannya dengan menggunakan semua kekuatan untuk menrongrong negara dan meraih tujuan bersama, penerapan hukum Islam (syariah) dan menegakkan pemerintahan Islam yang terbebas dari segala pengaruh Barat. Demikianlah kelompok-kelompok itu yakin pada masa Nabi Muhammad dan para pengikut awalnya. Mereka mengidealisasikan periode awal Islam dan menurut ajaran mereka hanya kembali ke zaman keemasan inilah Mesir modern bisa sembuh dari segala penyakit. Dengan berdalih bahwa pengaruh Barat yang dimulai dari invasi Napoleon sebagai akar segala kebobrokan, mereka mendukung tulisan-tulisan dan deklarasi-deklarasi mereka dengan tafsir Al-Qur’an dari Ibnu Hanbal dan Ibnu Taimiyah yang keduanya menyeru untuk membaca Al-Qur’an secara tekstual, sembari menolak semua penafsiran, filsafat, dan teks-teks yang menyertai.
Di makalah ini kami membahas tentang pendudukan Napoleon dan pengaruhnya terhadap pembaharuan di Mesir. Untuk lebih jelasnya lagi anda bisa membaca hasil pembahasan kami mengenai ini.
b. Penaklukan Napoleon Terhadap Mesir
Napoleon menyerbu Mesir pada tanggal 2 Juli 1798. mula-mula mendarat di Iskandariyah dan dalam waktu tiga minggu Napoleon dapat menguasai seluruh Mesir. Setelah menguasai Mesir Napoleon terus menyerang Palestina. Akan tetapi setelah sampai terus menyerang Palestina, akan tetapi setelah selesai di Palestina sedang berjangkit penyakit kolera, sehingga banyak tentara Palestina yang meninggal dunia.
Walaupun Napoleon menguasai Mesir hanya dalam waktu sekitar tiga tahun, namun pengaruh yang ditinggalkannya sangat besar dalam kehidupan bangsa Mesir.
c. Tujuan Ekspedisi Napoleon ke Mesir
Perancis adalah salah satu negara yang cukup besar dan menjadi saingan Inggris yang telah menguasai India untuk memutuskan hubungan Inggris dan India. Napoleon berpendapat, Mesir harus dapat dikuasai. Dengan penguasaan Mesir maka hubungan Inggris ke India terhambat dan di samping itu Mesir merupakan daerah yang cukup baik untuk pemasaran baru hasil-hasil produksi industri Perancis.
Selain dari tujuan tersebut di atas, tampaknya Napoleon mempunyai tujuan tertentu pula yaitu ingin mengikuti jejak Alexander yang pernah menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Tempat yang strategis untuk maksud harus menguasai Mesir, bukan Roma atau Paris yang dapat dijadikan basis ekspansi ke India.
Ide-Ide Baru yang Dibawa Napoleon
Ekspedisi Napoleon bukan hanya kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Oleh karena itu, banyak ide-ide baru yang dibawa Napoleon yang dihasilkan dari revolusi Perancis kepada Mesir, antara lain :
a) Sistem pemerintahan Republik
Sistem pemerintahan ini yang menjadi penguasa bukanlah raja, tetapi kepala Negara dalam waktu tertentu tidak selamanya. Dia tunduk kepada Undang-undang Dasar dan bisa dijatuhkan oleh parlemen. Sistem ini sangat berlainan sekali dengan sistem pemerintahan absolut raja-raja Islam, yang tetap menjadi raja selama ia masih hidup dan kemudian digantikan oleh anaknya, tidak tunduk kepada konstitusi atau parlemen, karena kedua hal tersebut tidak ada dalam sistem kerajaan itu.
b) Ide persamaan (egalite)
Ide persamaan bertujuan agar rakyat sama-sama turut serta dalam soal pemerintahan. Kalau sebelumnya rakyat mesir tak turut dalam pemerintahan Negara mereka, kini semuanya disamaratakan untuk turut serta. Untuk itu Napoleon mendirikan suatu badan kenegaraan yang terdiri dari ulama-ulama Al-Azhar dan pemuka-pemuka dalam dunia dagang dari Cairo dan daerah-daerah. Tugas badan ini ialah membuat undang-undang, memelihara ketertiban dan menjadi perantara antara penguasa-penguasa Perancis dan umum rakyat Mesir. Di samping itu didirikan pula satu badan lain bernama Diwan Al-ummah yang dalam waktu-waktu tertentu mengadakan sidang untuk membicarakan hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan nasional. Setiap daerah mengirimkan sembilan wakil ke sidang Diwan itu, tiga dari golongan ulama dan pedagang, satu dari golongan petani, kepala desa dan kepala suku bangsa Arab. Dewan ini mempunyai seratus delapan puluh anggota dan sidang pertama diadakan dari tanggal 5 sampai 20 oktober 1798 M. keputusan yang diambil ialah menganjurkan perubahan peraturan pajak yang ditetapkan Kerajaan Usmani.
c) Ide kebangsaan
Ide kebangsaan yang terkandung dalam maklumat Napoleon bahwa orang perancis merupakan suatu bangsa (nation) dan kaum Mamluk adalah orang asing yang datang ke Mesir dari Kaukasus, jadi walaupun sama-sama orang islam tetapi berlainan bangsa dengan orang Mesir. Maklumat itu Juga mengandung kata-kata umat Mesir (اَلْأُمَّةُ اْلمِصْرِيَّةُ). Bagi orang islam di waktu itu yang ada hanyalah umat Islam (اَلْأُمَّةُ اْلِاسْلَامِيَّةُ) dan tiap orang Islam adalah saudaranya dan ia tidak begitu sadar akan perbedaan bangsa dan suku bangsa namun yang disadarinya adalah perbedaan agama. Oleh karena itu, untuk menterjemahkan kata nation ke dalam bahasa arab juga sulit. Kata Arab yang dipakai ialah al-millah (اَلْمِلََّةُ ) umpamanya dalam al-Millah Al-Faransiah untuk la nation francaise. Millah berarti agama. Kata Arab yang diapakai untuk nation ialah qaum, sya’b dan ummah.
Itulah beberapa dari ide-ide yang dibawa ekspedisi Napoleon ke Mesir, yang pada waktu itu belum mempunyai pengaruh yang nyata bagi umat Islam di Mesir. Tetapi dalam perkembangan kontak dengan Barat di abad Kesembilan belas, ide-ide itu makin jelas dan kemudian diterima dan dipraktekkan.
Bagaimanapun, ekspedisi Napoleon telah membuka mata umat Islam Mesir akan kelemahan dan kemundurannya. Mereka bisa mengetahui ketinggalannya dalam peradaban dan kemajuan Barat. Akhirnya, Para penguasa dan cendekiawan muslim mulai memperoleh gairah dengan gerakan pembaruan yang bertujuan ingin menggapai kembali kemajuan dalam Periode Klasik. Kaum muslim semakin intensif dan bersemangat mengkaji kembali doktrin-doktrin dasar Islam khususnya dihadapkan pada kemajuan Barat.


EKSPEDISI NAPOLEON
Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.
Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu. Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai. Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya di hadapan dunia Internasional. Meskipun pada akhirnya Napoleon dimakamkan secara Kristen di Perancis pada tgl 15 Desember 1840 di gereja Paris, namun sepertinya hal tersebut sebagai sesuatu untuk mengaburkan fakta bahwa beliau adalah seorang Muslim. Namanya berubah menjadi ‘Aly (Ali) Napoleon Bonaparte’. Hal ini sesuai dengan ucapannya : “Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans.” Artinya kurang lebih demikian “Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda di setiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan Nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam.”
Napoleon Bonaparte, namanya tercatat di semua buku-buku sejarah dunia. Setelah ratusan tahun lamanya Perancis dipimpin oleh raja-raja, Napoleon Bonaparte merupakan pemimipin Perancis pertama yang bergelar Kaisar, ia memerintah pada tahun 1804-1814 dan 1815. Pada masa jayanya, Napoleon Bonaparte mungkin salah satu pemimpi paling besar sepanjang sejarah manusia. Melalui karismanya yang disertai kerja keras dan ambisi gilanya, ia bertekad untuk mewujudkan mimpinya untuk menguasai seluruh Eropa. Mimpinya hampir saja terwujud, seluruh dataran Eropa hampir saja dikuasainya baik dengan diplomasi maupun peperangan. Sayang kekalahannya di Waterloo melawan pasukan Inggris yang dipimpin oleh Duke of Wellington membuat ambisinya terhenti sekaligus mengakhiri kariernya sebagai Kaisar Perancis. Napoleon ditangkap dan diasingkan ke pulau terpencil St. Helena. (1815).
a. Tujuan Ekspedisi
Perselisihan antara para pemimpin Mamluk untuk mendapatkan kekuasaan Mesir terus berlanjut hingga datang tak terduga dan seolah-olah tidak dari manapun, satu keuasaan asing, penakluk hebat mendarat di Iskandariah pada Juli 1789 M, dia adalah Napoleon Bonaparte dari Perancis. Ketika terdengar berita pendaratan Perancis di Iskandariah pertama kali sampai ke telinga para pemimpin mamluk di Kairo, Abd al-Rahman al-Jabarti menyebutkan mereka tidak mengindahkan sama sekali hal itu “mereka bersandar pada kekuatannya, dan mengklaim bahwa seandainya seluruh orang prancis datang, mereka tidak akan mampu menghadapi mamluk, dan mamluk akan menginjak-injak tentara prancis dengan kaki kuda-kuda mereka”. Hal ini diikuti oleh kekalahan, kepanikan dan usaha pemberontakan.
Tujuan kedatangannya adalah untuk menghukum para Mamluk, yang ia tuduh dalam pidato kedatangannya yang disampaikan dalam bahasa Arab sebagai muslim yang tidak baik, tidak seperti dirinya dan orang Perancis lain, serta untuk mengembalikkan kekuasaan Porte. Tujuan yang sebenarnya adalah melancarkan serangan hebat pada kerajaan Inggris dengan cara memutus jalur komunikasinya dengan wilayah timur, sehingga ia memiliki daya tawar untuk menguasai dunia. Napoleon juga mempunyai tujuan lain seperti Alexander Marcedonia yang menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Namun, Penghancuran armada Perancis di teluk Abokir pada 1 Agustus 1798, M. tertahannya ekspedisi yang gagal di Akka pada tahun 1799 M. dan kekalahan pada pertempuran Iskandariah pada 21 Maret 1801 M. menggagalkan ambisi Napoleon di timur dan kemudian berusaha mengevakuasi pasukan Perancis dari Mesir. Wilayah Mesir yang sejak itu hanya memainkan peranan kecil dalam percaturan dunia sebagai sumber upeti dan markas operasi untuk memelihara dominasi Utsmani di Suriah dan Arab tiba-tiba terserap ke dalam pusaran Internasional sebagai gerbang menuju India dan wilayah terakhir dari kawasan timur yang ekstrim. Ekspedisi Napoleon memalingkan pandangan Negara-negara Eropa lainnya pada rute menuju India yang sekian lama terlupakan, kemudian mereka menyusun gerakan yang menimbulkan reaksi berantai sehingga menjadikan kawan-kawan timur dekat sebagai pusat badai dari intrik-intrik diplomasi orang Eropa.
Di tahun 1798 ia memimpin penyerbuan Perancis ke Mesir. Langkah ini ternyata merupakan malapetaka. Di darat, umumnya pasukan Napoleon berhasil, tetapi Angkatan Laut Inggris di bawah pimpinan Lord Nelson dengan mantap mengobrak-abrik armada Perancis, dan di tahun 1799 Napoleon meninggalkan pasukannya di Mesir dan pulang ke Perancis.
Pada tahun 1798 M, kekuatan ekspedisi Perancis yang dikomandani Napoleon dapat menguasai Mesir dengan mudah tidak sampai tiga minggu setelah mendarat di Iskandariah. Hal ini menandakan betapa lemahnya pertahanan Kerajaan Utsmani dan kaum Mamluk. Perancis memerintah Mesir selama tiga tahun dari tahun 1798 M. sampai 1801 M., dari sana mencoba bergerak ke Suriah, tetapi dipaksa menarik pasukannya karena intervasi Inggris Raya dan Utsmaniyyah. Setelah adanya aliansi militer resmi pertama kali antara Utsmaniyyah dan Negara-negara non muslim.
Napoleon datang ke Mesir bukan hanya membawa tentara. Dalam rombongannya terdapat 500 kaum sipil dan 500 wanita. Di antara kaum sipil itu terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Dia juga membawa 2 set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab, dan Yunani. Ekspedisi ini bukan hanya untuk kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Oleh karena itu dibentuklah lembaga ilmiah yang bernama institute d ‘Egypte yang mempunyai empat bagian ilmu, yaitu: ilmu pasti, ilmu alam, ilmu Ekonomi-Politik, dan ilmu Sastra-Seni. Publikasi yang diterbitkan lembaga ini adalah La Decade Egyptienne dan Le Courrier d ‘Egypte. Setelah terbentuknya lembaga ini, sikap-sikap perlawanan Jabarti terhadap para penguasa baru bercampur dengan semacam kekaguman kepada para sarjana dan ilmuwan yang datang bersama para penguasa tersebut “jika ada seorang muslim yang mengunjungi mereka guna melihat-lihat, mereka tidak mencegahnya memasuki tempat-tempat yang paling berharga…. Dan setiap kali mereka menemukan dalam dirinya keinginan atau hasrat akan ilmu pengetahuan, mereka menunjukkan persahabatan dan cinta kepadanya, mereka akan mengeluarkan segala macam gambar, peta, hewan, barang-barang, tanaman-tanaman, sejarah kuno dan sejarah bangsa-bangsa, serta kisah kenabian… saya sering mengunjungi mereka dan mereka menunjukkan semua hal itu. Saya lihat di sana benda-benda dan percobaan-percobaan ganjil yang menghasilkan hal-hal besar untuk dapat ditangkap oleh akal seperti yang ada pada diri kita. Ungkapan al-Jabarti itu menandakan begitu terpuruknya kaum muslimin Mesir mengenai sains dan teknologi saat itu. Keadaan menjadi berbalik 180 derajat. Kalau di Periode Klasik orang Barat yang kagum melihat kebudayaan dan peradaban Islam. Sedangkan di Periode Modern kaum Islam yang heran melihat kebudayaan dan kemajuan Barat.
Pengaruh Napoleon terhadap Pembaharuan di Mesir
Masyarakat Mesir adalah masyarakat religius yang sangat menghormati agama. Mereka memandang agama di atas segala-galanya, sebagai bagian integral dari budaya, adat istiadat, dan masyarakat. Kelompok-kelompok Islam, masing-masing menurut doktrinnya, memanfaatkannya dengan menggunakan semua kekuatan untuk menrongrong negara dan meraih tujuan bersama, penerapan hukum Islam (syariah) dan menegakkan pemerintahan Islam yang terbebas dari segala pengaruh Barat. Demikianlah kelompok-kelompok itu yakin pada masa Nabi Muhammad dan para pengikut awalnya. Mereka mengidealisasikan periode awal Islam dan menurut ajaran mereka hanya kembali ke zaman keemasan inilah Mesir modern bisa sembuh dari segala penyakit. Dengan berdalih bahwa pengaruh Barat yang dimulai dari invasi Napoleon sebagai akar segala kebobrokan, mereka mendukung tulisan-tulisan dan deklarasi-deklarasi mereka dengan tafsir Al-Qur’an dari Ibnu Hanbal dan Ibnu Taimiyah yang keduanya menyeru untuk membaca Al-Qur’an secara tekstual, sembari menolak semua penafsiran, filsafat, dan teks-teks yang menyertai.
Di makalah ini kami membahas tentang pendudukan Napoleon dan pengaruhnya terhadap pembaharuan di Mesir. Untuk lebih jelasnya lagi anda bisa membaca hasil pembahasan kami mengenai ini.
b. Penaklukan Napoleon Terhadap Mesir
Napoleon menyerbu Mesir pada tanggal 2 Juli 1798. mula-mula mendarat di Iskandariyah dan dalam waktu tiga minggu Napoleon dapat menguasai seluruh Mesir. Setelah menguasai Mesir Napoleon terus menyerang Palestina. Akan tetapi setelah sampai terus menyerang Palestina, akan tetapi setelah selesai di Palestina sedang berjangkit penyakit kolera, sehingga banyak tentara Palestina yang meninggal dunia.
Walaupun Napoleon menguasai Mesir hanya dalam waktu sekitar tiga tahun, namun pengaruh yang ditinggalkannya sangat besar dalam kehidupan bangsa Mesir.
c. Tujuan Ekspedisi Napoleon ke Mesir
Perancis adalah salah satu negara yang cukup besar dan menjadi saingan Inggris yang telah menguasai India untuk memutuskan hubungan Inggris dan India. Napoleon berpendapat, Mesir harus dapat dikuasai. Dengan penguasaan Mesir maka hubungan Inggris ke India terhambat dan di samping itu Mesir merupakan daerah yang cukup baik untuk pemasaran baru hasil-hasil produksi industri Perancis.
Selain dari tujuan tersebut di atas, tampaknya Napoleon mempunyai tujuan tertentu pula yaitu ingin mengikuti jejak Alexander yang pernah menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Tempat yang strategis untuk maksud harus menguasai Mesir, bukan Roma atau Paris yang dapat dijadikan basis ekspansi ke India.
Ide-Ide Baru yang Dibawa Napoleon
Ekspedisi Napoleon bukan hanya kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Oleh karena itu, banyak ide-ide baru yang dibawa Napoleon yang dihasilkan dari revolusi Perancis kepada Mesir, antara lain :
a) Sistem pemerintahan Republik
Sistem pemerintahan ini yang menjadi penguasa bukanlah raja, tetapi kepala Negara dalam waktu tertentu tidak selamanya. Dia tunduk kepada Undang-undang Dasar dan bisa dijatuhkan oleh parlemen. Sistem ini sangat berlainan sekali dengan sistem pemerintahan absolut raja-raja Islam, yang tetap menjadi raja selama ia masih hidup dan kemudian digantikan oleh anaknya, tidak tunduk kepada konstitusi atau parlemen, karena kedua hal tersebut tidak ada dalam sistem kerajaan itu.
b) Ide persamaan (egalite)
Ide persamaan bertujuan agar rakyat sama-sama turut serta dalam soal pemerintahan. Kalau sebelumnya rakyat mesir tak turut dalam pemerintahan Negara mereka, kini semuanya disamaratakan untuk turut serta. Untuk itu Napoleon mendirikan suatu badan kenegaraan yang terdiri dari ulama-ulama Al-Azhar dan pemuka-pemuka dalam dunia dagang dari Cairo dan daerah-daerah. Tugas badan ini ialah membuat undang-undang, memelihara ketertiban dan menjadi perantara antara penguasa-penguasa Perancis dan umum rakyat Mesir. Di samping itu didirikan pula satu badan lain bernama Diwan Al-ummah yang dalam waktu-waktu tertentu mengadakan sidang untuk membicarakan hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan nasional. Setiap daerah mengirimkan sembilan wakil ke sidang Diwan itu, tiga dari golongan ulama dan pedagang, satu dari golongan petani, kepala desa dan kepala suku bangsa Arab. Dewan ini mempunyai seratus delapan puluh anggota dan sidang pertama diadakan dari tanggal 5 sampai 20 oktober 1798 M. keputusan yang diambil ialah menganjurkan perubahan peraturan pajak yang ditetapkan Kerajaan Usmani.
c) Ide kebangsaan
Ide kebangsaan yang terkandung dalam maklumat Napoleon bahwa orang perancis merupakan suatu bangsa (nation) dan kaum Mamluk adalah orang asing yang datang ke Mesir dari Kaukasus, jadi walaupun sama-sama orang islam tetapi berlainan bangsa dengan orang Mesir. Maklumat itu Juga mengandung kata-kata umat Mesir (اَلْأُمَّةُ اْلمِصْرِيَّةُ). Bagi orang islam di waktu itu yang ada hanyalah umat Islam (اَلْأُمَّةُ اْلِاسْلَامِيَّةُ) dan tiap orang Islam adalah saudaranya dan ia tidak begitu sadar akan perbedaan bangsa dan suku bangsa namun yang disadarinya adalah perbedaan agama. Oleh karena itu, untuk menterjemahkan kata nation ke dalam bahasa arab juga sulit. Kata Arab yang dipakai ialah al-millah (اَلْمِلََّةُ ) umpamanya dalam al-Millah Al-Faransiah untuk la nation francaise. Millah berarti agama. Kata Arab yang diapakai untuk nation ialah qaum, sya’b dan ummah.
Itulah beberapa dari ide-ide yang dibawa ekspedisi Napoleon ke Mesir, yang pada waktu itu belum mempunyai pengaruh yang nyata bagi umat Islam di Mesir. Tetapi dalam perkembangan kontak dengan Barat di abad Kesembilan belas, ide-ide itu makin jelas dan kemudian diterima dan dipraktekkan.
Bagaimanapun, ekspedisi Napoleon telah membuka mata umat Islam Mesir akan kelemahan dan kemundurannya. Mereka bisa mengetahui ketinggalannya dalam peradaban dan kemajuan Barat. Akhirnya, Para penguasa dan cendekiawan muslim mulai memperoleh gairah dengan gerakan pembaruan yang bertujuan ingin menggapai kembali kemajuan dalam Periode Klasik. Kaum muslim semakin intensif dan bersemangat mengkaji kembali doktrin-doktrin dasar Islam khususnya dihadapkan pada kemajuan Barat.


EKSPEDISI NAPOLEON
Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.
Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu. Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai. Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya di hadapan dunia Internasional. Meskipun pada akhirnya Napoleon dimakamkan secara Kristen di Perancis pada tgl 15 Desember 1840 di gereja Paris, namun sepertinya hal tersebut sebagai sesuatu untuk mengaburkan fakta bahwa beliau adalah seorang Muslim. Namanya berubah menjadi ‘Aly (Ali) Napoleon Bonaparte’. Hal ini sesuai dengan ucapannya : “Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans.” Artinya kurang lebih demikian “Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda di setiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan Nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam.”
Napoleon Bonaparte, namanya tercatat di semua buku-buku sejarah dunia. Setelah ratusan tahun lamanya Perancis dipimpin oleh raja-raja, Napoleon Bonaparte merupakan pemimipin Perancis pertama yang bergelar Kaisar, ia memerintah pada tahun 1804-1814 dan 1815. Pada masa jayanya, Napoleon Bonaparte mungkin salah satu pemimpi paling besar sepanjang sejarah manusia. Melalui karismanya yang disertai kerja keras dan ambisi gilanya, ia bertekad untuk mewujudkan mimpinya untuk menguasai seluruh Eropa. Mimpinya hampir saja terwujud, seluruh dataran Eropa hampir saja dikuasainya baik dengan diplomasi maupun peperangan. Sayang kekalahannya di Waterloo melawan pasukan Inggris yang dipimpin oleh Duke of Wellington membuat ambisinya terhenti sekaligus mengakhiri kariernya sebagai Kaisar Perancis. Napoleon ditangkap dan diasingkan ke pulau terpencil St. Helena. (1815).
a. Tujuan Ekspedisi
Perselisihan antara para pemimpin Mamluk untuk mendapatkan kekuasaan Mesir terus berlanjut hingga datang tak terduga dan seolah-olah tidak dari manapun, satu keuasaan asing, penakluk hebat mendarat di Iskandariah pada Juli 1789 M, dia adalah Napoleon Bonaparte dari Perancis. Ketika terdengar berita pendaratan Perancis di Iskandariah pertama kali sampai ke telinga para pemimpin mamluk di Kairo, Abd al-Rahman al-Jabarti menyebutkan mereka tidak mengindahkan sama sekali hal itu “mereka bersandar pada kekuatannya, dan mengklaim bahwa seandainya seluruh orang prancis datang, mereka tidak akan mampu menghadapi mamluk, dan mamluk akan menginjak-injak tentara prancis dengan kaki kuda-kuda mereka”. Hal ini diikuti oleh kekalahan, kepanikan dan usaha pemberontakan.
Tujuan kedatangannya adalah untuk menghukum para Mamluk, yang ia tuduh dalam pidato kedatangannya yang disampaikan dalam bahasa Arab sebagai muslim yang tidak baik, tidak seperti dirinya dan orang Perancis lain, serta untuk mengembalikkan kekuasaan Porte. Tujuan yang sebenarnya adalah melancarkan serangan hebat pada kerajaan Inggris dengan cara memutus jalur komunikasinya dengan wilayah timur, sehingga ia memiliki daya tawar untuk menguasai dunia. Napoleon juga mempunyai tujuan lain seperti Alexander Marcedonia yang menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Namun, Penghancuran armada Perancis di teluk Abokir pada 1 Agustus 1798, M. tertahannya ekspedisi yang gagal di Akka pada tahun 1799 M. dan kekalahan pada pertempuran Iskandariah pada 21 Maret 1801 M. menggagalkan ambisi Napoleon di timur dan kemudian berusaha mengevakuasi pasukan Perancis dari Mesir. Wilayah Mesir yang sejak itu hanya memainkan peranan kecil dalam percaturan dunia sebagai sumber upeti dan markas operasi untuk memelihara dominasi Utsmani di Suriah dan Arab tiba-tiba terserap ke dalam pusaran Internasional sebagai gerbang menuju India dan wilayah terakhir dari kawasan timur yang ekstrim. Ekspedisi Napoleon memalingkan pandangan Negara-negara Eropa lainnya pada rute menuju India yang sekian lama terlupakan, kemudian mereka menyusun gerakan yang menimbulkan reaksi berantai sehingga menjadikan kawan-kawan timur dekat sebagai pusat badai dari intrik-intrik diplomasi orang Eropa.
Di tahun 1798 ia memimpin penyerbuan Perancis ke Mesir. Langkah ini ternyata merupakan malapetaka. Di darat, umumnya pasukan Napoleon berhasil, tetapi Angkatan Laut Inggris di bawah pimpinan Lord Nelson dengan mantap mengobrak-abrik armada Perancis, dan di tahun 1799 Napoleon meninggalkan pasukannya di Mesir dan pulang ke Perancis.
Pada tahun 1798 M, kekuatan ekspedisi Perancis yang dikomandani Napoleon dapat menguasai Mesir dengan mudah tidak sampai tiga minggu setelah mendarat di Iskandariah. Hal ini menandakan betapa lemahnya pertahanan Kerajaan Utsmani dan kaum Mamluk. Perancis memerintah Mesir selama tiga tahun dari tahun 1798 M. sampai 1801 M., dari sana mencoba bergerak ke Suriah, tetapi dipaksa menarik pasukannya karena intervasi Inggris Raya dan Utsmaniyyah. Setelah adanya aliansi militer resmi pertama kali antara Utsmaniyyah dan Negara-negara non muslim.
Napoleon datang ke Mesir bukan hanya membawa tentara. Dalam rombongannya terdapat 500 kaum sipil dan 500 wanita. Di antara kaum sipil itu terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Dia juga membawa 2 set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab, dan Yunani. Ekspedisi ini bukan hanya untuk kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Oleh karena itu dibentuklah lembaga ilmiah yang bernama institute d ‘Egypte yang mempunyai empat bagian ilmu, yaitu: ilmu pasti, ilmu alam, ilmu Ekonomi-Politik, dan ilmu Sastra-Seni. Publikasi yang diterbitkan lembaga ini adalah La Decade Egyptienne dan Le Courrier d ‘Egypte. Setelah terbentuknya lembaga ini, sikap-sikap perlawanan Jabarti terhadap para penguasa baru bercampur dengan semacam kekaguman kepada para sarjana dan ilmuwan yang datang bersama para penguasa tersebut “jika ada seorang muslim yang mengunjungi mereka guna melihat-lihat, mereka tidak mencegahnya memasuki tempat-tempat yang paling berharga…. Dan setiap kali mereka menemukan dalam dirinya keinginan atau hasrat akan ilmu pengetahuan, mereka menunjukkan persahabatan dan cinta kepadanya, mereka akan mengeluarkan segala macam gambar, peta, hewan, barang-barang, tanaman-tanaman, sejarah kuno dan sejarah bangsa-bangsa, serta kisah kenabian… saya sering mengunjungi mereka dan mereka menunjukkan semua hal itu. Saya lihat di sana benda-benda dan percobaan-percobaan ganjil yang menghasilkan hal-hal besar untuk dapat ditangkap oleh akal seperti yang ada pada diri kita. Ungkapan al-Jabarti itu menandakan begitu terpuruknya kaum muslimin Mesir mengenai sains dan teknologi saat itu. Keadaan menjadi berbalik 180 derajat. Kalau di Periode Klasik orang Barat yang kagum melihat kebudayaan dan peradaban Islam. Sedangkan di Periode Modern kaum Islam yang heran melihat kebudayaan dan kemajuan Barat.
Pengaruh Napoleon terhadap Pembaharuan di Mesir
Masyarakat Mesir adalah masyarakat religius yang sangat menghormati agama. Mereka memandang agama di atas segala-galanya, sebagai bagian integral dari budaya, adat istiadat, dan masyarakat. Kelompok-kelompok Islam, masing-masing menurut doktrinnya, memanfaatkannya dengan menggunakan semua kekuatan untuk menrongrong negara dan meraih tujuan bersama, penerapan hukum Islam (syariah) dan menegakkan pemerintahan Islam yang terbebas dari segala pengaruh Barat. Demikianlah kelompok-kelompok itu yakin pada masa Nabi Muhammad dan para pengikut awalnya. Mereka mengidealisasikan periode awal Islam dan menurut ajaran mereka hanya kembali ke zaman keemasan inilah Mesir modern bisa sembuh dari segala penyakit. Dengan berdalih bahwa pengaruh Barat yang dimulai dari invasi Napoleon sebagai akar segala kebobrokan, mereka mendukung tulisan-tulisan dan deklarasi-deklarasi mereka dengan tafsir Al-Qur’an dari Ibnu Hanbal dan Ibnu Taimiyah yang keduanya menyeru untuk membaca Al-Qur’an secara tekstual, sembari menolak semua penafsiran, filsafat, dan teks-teks yang menyertai.
Di makalah ini kami membahas tentang pendudukan Napoleon dan pengaruhnya terhadap pembaharuan di Mesir. Untuk lebih jelasnya lagi anda bisa membaca hasil pembahasan kami mengenai ini.
b. Penaklukan Napoleon Terhadap Mesir
Napoleon menyerbu Mesir pada tanggal 2 Juli 1798. mula-mula mendarat di Iskandariyah dan dalam waktu tiga minggu Napoleon dapat menguasai seluruh Mesir. Setelah menguasai Mesir Napoleon terus menyerang Palestina. Akan tetapi setelah sampai terus menyerang Palestina, akan tetapi setelah selesai di Palestina sedang berjangkit penyakit kolera, sehingga banyak tentara Palestina yang meninggal dunia.
Walaupun Napoleon menguasai Mesir hanya dalam waktu sekitar tiga tahun, namun pengaruh yang ditinggalkannya sangat besar dalam kehidupan bangsa Mesir.
c. Tujuan Ekspedisi Napoleon ke Mesir
Perancis adalah salah satu negara yang cukup besar dan menjadi saingan Inggris yang telah menguasai India untuk memutuskan hubungan Inggris dan India. Napoleon berpendapat, Mesir harus dapat dikuasai. Dengan penguasaan Mesir maka hubungan Inggris ke India terhambat dan di samping itu Mesir merupakan daerah yang cukup baik untuk pemasaran baru hasil-hasil produksi industri Perancis.
Selain dari tujuan tersebut di atas, tampaknya Napoleon mempunyai tujuan tertentu pula yaitu ingin mengikuti jejak Alexander yang pernah menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Tempat yang strategis untuk maksud harus menguasai Mesir, bukan Roma atau Paris yang dapat dijadikan basis ekspansi ke India.
Ide-Ide Baru yang Dibawa Napoleon
Ekspedisi Napoleon bukan hanya kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Oleh karena itu, banyak ide-ide baru yang dibawa Napoleon yang dihasilkan dari revolusi Perancis kepada Mesir, antara lain :
a) Sistem pemerintahan Republik
Sistem pemerintahan ini yang menjadi penguasa bukanlah raja, tetapi kepala Negara dalam waktu tertentu tidak selamanya. Dia tunduk kepada Undang-undang Dasar dan bisa dijatuhkan oleh parlemen. Sistem ini sangat berlainan sekali dengan sistem pemerintahan absolut raja-raja Islam, yang tetap menjadi raja selama ia masih hidup dan kemudian digantikan oleh anaknya, tidak tunduk kepada konstitusi atau parlemen, karena kedua hal tersebut tidak ada dalam sistem kerajaan itu.
b) Ide persamaan (egalite)
Ide persamaan bertujuan agar rakyat sama-sama turut serta dalam soal pemerintahan. Kalau sebelumnya rakyat mesir tak turut dalam pemerintahan Negara mereka, kini semuanya disamaratakan untuk turut serta. Untuk itu Napoleon mendirikan suatu badan kenegaraan yang terdiri dari ulama-ulama Al-Azhar dan pemuka-pemuka dalam dunia dagang dari Cairo dan daerah-daerah. Tugas badan ini ialah membuat undang-undang, memelihara ketertiban dan menjadi perantara antara penguasa-penguasa Perancis dan umum rakyat Mesir. Di samping itu didirikan pula satu badan lain bernama Diwan Al-ummah yang dalam waktu-waktu tertentu mengadakan sidang untuk membicarakan hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan nasional. Setiap daerah mengirimkan sembilan wakil ke sidang Diwan itu, tiga dari golongan ulama dan pedagang, satu dari golongan petani, kepala desa dan kepala suku bangsa Arab. Dewan ini mempunyai seratus delapan puluh anggota dan sidang pertama diadakan dari tanggal 5 sampai 20 oktober 1798 M. keputusan yang diambil ialah menganjurkan perubahan peraturan pajak yang ditetapkan Kerajaan Usmani.
c) Ide kebangsaan
Ide kebangsaan yang terkandung dalam maklumat Napoleon bahwa orang perancis merupakan suatu bangsa (nation) dan kaum Mamluk adalah orang asing yang datang ke Mesir dari Kaukasus, jadi walaupun sama-sama orang islam tetapi berlainan bangsa dengan orang Mesir. Maklumat itu Juga mengandung kata-kata umat Mesir (اَلْأُمَّةُ اْلمِصْرِيَّةُ). Bagi orang islam di waktu itu yang ada hanyalah umat Islam (اَلْأُمَّةُ اْلِاسْلَامِيَّةُ) dan tiap orang Islam adalah saudaranya dan ia tidak begitu sadar akan perbedaan bangsa dan suku bangsa namun yang disadarinya adalah perbedaan agama. Oleh karena itu, untuk menterjemahkan kata nation ke dalam bahasa arab juga sulit. Kata Arab yang dipakai ialah al-millah (اَلْمِلََّةُ ) umpamanya dalam al-Millah Al-Faransiah untuk la nation francaise. Millah berarti agama. Kata Arab yang diapakai untuk nation ialah qaum, sya’b dan ummah.
Itulah beberapa dari ide-ide yang dibawa ekspedisi Napoleon ke Mesir, yang pada waktu itu belum mempunyai pengaruh yang nyata bagi umat Islam di Mesir. Tetapi dalam perkembangan kontak dengan Barat di abad Kesembilan belas, ide-ide itu makin jelas dan kemudian diterima dan dipraktekkan.
Bagaimanapun, ekspedisi Napoleon telah membuka mata umat Islam Mesir akan kelemahan dan kemundurannya. Mereka bisa mengetahui ketinggalannya dalam peradaban dan kemajuan Barat. Akhirnya, Para penguasa dan cendekiawan muslim mulai memperoleh gairah dengan gerakan pembaruan yang bertujuan ingin menggapai kembali kemajuan dalam Periode Klasik. Kaum muslim semakin intensif dan bersemangat mengkaji kembali doktrin-doktrin dasar Islam khususnya dihadapkan pada kemajuan Barat.


EKSPEDISI NAPOLEON
Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.
Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu. Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai. Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya di hadapan dunia Internasional. Meskipun pada akhirnya Napoleon dimakamkan secara Kristen di Perancis pada tgl 15 Desember 1840 di gereja Paris, namun sepertinya hal tersebut sebagai sesuatu untuk mengaburkan fakta bahwa beliau adalah seorang Muslim. Namanya berubah menjadi ‘Aly (Ali) Napoleon Bonaparte’. Hal ini sesuai dengan ucapannya : “Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans.” Artinya kurang lebih demikian “Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda di setiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan Nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam.”
Napoleon Bonaparte, namanya tercatat di semua buku-buku sejarah dunia. Setelah ratusan tahun lamanya Perancis dipimpin oleh raja-raja, Napoleon Bonaparte merupakan pemimipin Perancis pertama yang bergelar Kaisar, ia memerintah pada tahun 1804-1814 dan 1815. Pada masa jayanya, Napoleon Bonaparte mungkin salah satu pemimpi paling besar sepanjang sejarah manusia. Melalui karismanya yang disertai kerja keras dan ambisi gilanya, ia bertekad untuk mewujudkan mimpinya untuk menguasai seluruh Eropa. Mimpinya hampir saja terwujud, seluruh dataran Eropa hampir saja dikuasainya baik dengan diplomasi maupun peperangan. Sayang kekalahannya di Waterloo melawan pasukan Inggris yang dipimpin oleh Duke of Wellington membuat ambisinya terhenti sekaligus mengakhiri kariernya sebagai Kaisar Perancis. Napoleon ditangkap dan diasingkan ke pulau terpencil St. Helena. (1815).
a. Tujuan Ekspedisi
Perselisihan antara para pemimpin Mamluk untuk mendapatkan kekuasaan Mesir terus berlanjut hingga datang tak terduga dan seolah-olah tidak dari manapun, satu keuasaan asing, penakluk hebat mendarat di Iskandariah pada Juli 1789 M, dia adalah Napoleon Bonaparte dari Perancis. Ketika terdengar berita pendaratan Perancis di Iskandariah pertama kali sampai ke telinga para pemimpin mamluk di Kairo, Abd al-Rahman al-Jabarti menyebutkan mereka tidak mengindahkan sama sekali hal itu “mereka bersandar pada kekuatannya, dan mengklaim bahwa seandainya seluruh orang prancis datang, mereka tidak akan mampu menghadapi mamluk, dan mamluk akan menginjak-injak tentara prancis dengan kaki kuda-kuda mereka”. Hal ini diikuti oleh kekalahan, kepanikan dan usaha pemberontakan.
Tujuan kedatangannya adalah untuk menghukum para Mamluk, yang ia tuduh dalam pidato kedatangannya yang disampaikan dalam bahasa Arab sebagai muslim yang tidak baik, tidak seperti dirinya dan orang Perancis lain, serta untuk mengembalikkan kekuasaan Porte. Tujuan yang sebenarnya adalah melancarkan serangan hebat pada kerajaan Inggris dengan cara memutus jalur komunikasinya dengan wilayah timur, sehingga ia memiliki daya tawar untuk menguasai dunia. Napoleon juga mempunyai tujuan lain seperti Alexander Marcedonia yang menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Namun, Penghancuran armada Perancis di teluk Abokir pada 1 Agustus 1798, M. tertahannya ekspedisi yang gagal di Akka pada tahun 1799 M. dan kekalahan pada pertempuran Iskandariah pada 21 Maret 1801 M. menggagalkan ambisi Napoleon di timur dan kemudian berusaha mengevakuasi pasukan Perancis dari Mesir. Wilayah Mesir yang sejak itu hanya memainkan peranan kecil dalam percaturan dunia sebagai sumber upeti dan markas operasi untuk memelihara dominasi Utsmani di Suriah dan Arab tiba-tiba terserap ke dalam pusaran Internasional sebagai gerbang menuju India dan wilayah terakhir dari kawasan timur yang ekstrim. Ekspedisi Napoleon memalingkan pandangan Negara-negara Eropa lainnya pada rute menuju India yang sekian lama terlupakan, kemudian mereka menyusun gerakan yang menimbulkan reaksi berantai sehingga menjadikan kawan-kawan timur dekat sebagai pusat badai dari intrik-intrik diplomasi orang Eropa.
Di tahun 1798 ia memimpin penyerbuan Perancis ke Mesir. Langkah ini ternyata merupakan malapetaka. Di darat, umumnya pasukan Napoleon berhasil, tetapi Angkatan Laut Inggris di bawah pimpinan Lord Nelson dengan mantap mengobrak-abrik armada Perancis, dan di tahun 1799 Napoleon meninggalkan pasukannya di Mesir dan pulang ke Perancis.
Pada tahun 1798 M, kekuatan ekspedisi Perancis yang dikomandani Napoleon dapat menguasai Mesir dengan mudah tidak sampai tiga minggu setelah mendarat di Iskandariah. Hal ini menandakan betapa lemahnya pertahanan Kerajaan Utsmani dan kaum Mamluk. Perancis memerintah Mesir selama tiga tahun dari tahun 1798 M. sampai 1801 M., dari sana mencoba bergerak ke Suriah, tetapi dipaksa menarik pasukannya karena intervasi Inggris Raya dan Utsmaniyyah. Setelah adanya aliansi militer resmi pertama kali antara Utsmaniyyah dan Negara-negara non muslim.
Napoleon datang ke Mesir bukan hanya membawa tentara. Dalam rombongannya terdapat 500 kaum sipil dan 500 wanita. Di antara kaum sipil itu terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Dia juga membawa 2 set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab, dan Yunani. Ekspedisi ini bukan hanya untuk kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Oleh karena itu dibentuklah lembaga ilmiah yang bernama institute d ‘Egypte yang mempunyai empat bagian ilmu, yaitu: ilmu pasti, ilmu alam, ilmu Ekonomi-Politik, dan ilmu Sastra-Seni. Publikasi yang diterbitkan lembaga ini adalah La Decade Egyptienne dan Le Courrier d ‘Egypte. Setelah terbentuknya lembaga ini, sikap-sikap perlawanan Jabarti terhadap para penguasa baru bercampur dengan semacam kekaguman kepada para sarjana dan ilmuwan yang datang bersama para penguasa tersebut “jika ada seorang muslim yang mengunjungi mereka guna melihat-lihat, mereka tidak mencegahnya memasuki tempat-tempat yang paling berharga…. Dan setiap kali mereka menemukan dalam dirinya keinginan atau hasrat akan ilmu pengetahuan, mereka menunjukkan persahabatan dan cinta kepadanya, mereka akan mengeluarkan segala macam gambar, peta, hewan, barang-barang, tanaman-tanaman, sejarah kuno dan sejarah bangsa-bangsa, serta kisah kenabian… saya sering mengunjungi mereka dan mereka menunjukkan semua hal itu. Saya lihat di sana benda-benda dan percobaan-percobaan ganjil yang menghasilkan hal-hal besar untuk dapat ditangkap oleh akal seperti yang ada pada diri kita. Ungkapan al-Jabarti itu menandakan begitu terpuruknya kaum muslimin Mesir mengenai sains dan teknologi saat itu. Keadaan menjadi berbalik 180 derajat. Kalau di Periode Klasik orang Barat yang kagum melihat kebudayaan dan peradaban Islam. Sedangkan di Periode Modern kaum Islam yang heran melihat kebudayaan dan kemajuan Barat.
Pengaruh Napoleon terhadap Pembaharuan di Mesir
Masyarakat Mesir adalah masyarakat religius yang sangat menghormati agama. Mereka memandang agama di atas segala-galanya, sebagai bagian integral dari budaya, adat istiadat, dan masyarakat. Kelompok-kelompok Islam, masing-masing menurut doktrinnya, memanfaatkannya dengan menggunakan semua kekuatan untuk menrongrong negara dan meraih tujuan bersama, penerapan hukum Islam (syariah) dan menegakkan pemerintahan Islam yang terbebas dari segala pengaruh Barat. Demikianlah kelompok-kelompok itu yakin pada masa Nabi Muhammad dan para pengikut awalnya. Mereka mengidealisasikan periode awal Islam dan menurut ajaran mereka hanya kembali ke zaman keemasan inilah Mesir modern bisa sembuh dari segala penyakit. Dengan berdalih bahwa pengaruh Barat yang dimulai dari invasi Napoleon sebagai akar segala kebobrokan, mereka mendukung tulisan-tulisan dan deklarasi-deklarasi mereka dengan tafsir Al-Qur’an dari Ibnu Hanbal dan Ibnu Taimiyah yang keduanya menyeru untuk membaca Al-Qur’an secara tekstual, sembari menolak semua penafsiran, filsafat, dan teks-teks yang menyertai.
Di makalah ini kami membahas tentang pendudukan Napoleon dan pengaruhnya terhadap pembaharuan di Mesir. Untuk lebih jelasnya lagi anda bisa membaca hasil pembahasan kami mengenai ini.
b. Penaklukan Napoleon Terhadap Mesir
Napoleon menyerbu Mesir pada tanggal 2 Juli 1798. mula-mula mendarat di Iskandariyah dan dalam waktu tiga minggu Napoleon dapat menguasai seluruh Mesir. Setelah menguasai Mesir Napoleon terus menyerang Palestina. Akan tetapi setelah sampai terus menyerang Palestina, akan tetapi setelah selesai di Palestina sedang berjangkit penyakit kolera, sehingga banyak tentara Palestina yang meninggal dunia.
Walaupun Napoleon menguasai Mesir hanya dalam waktu sekitar tiga tahun, namun pengaruh yang ditinggalkannya sangat besar dalam kehidupan bangsa Mesir.
c. Tujuan Ekspedisi Napoleon ke Mesir
Perancis adalah salah satu negara yang cukup besar dan menjadi saingan Inggris yang telah menguasai India untuk memutuskan hubungan Inggris dan India. Napoleon berpendapat, Mesir harus dapat dikuasai. Dengan penguasaan Mesir maka hubungan Inggris ke India terhambat dan di samping itu Mesir merupakan daerah yang cukup baik untuk pemasaran baru hasil-hasil produksi industri Perancis.
Selain dari tujuan tersebut di atas, tampaknya Napoleon mempunyai tujuan tertentu pula yaitu ingin mengikuti jejak Alexander yang pernah menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Tempat yang strategis untuk maksud harus menguasai Mesir, bukan Roma atau Paris yang dapat dijadikan basis ekspansi ke India.
Ide-Ide Baru yang Dibawa Napoleon
Ekspedisi Napoleon bukan hanya kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Oleh karena itu, banyak ide-ide baru yang dibawa Napoleon yang dihasilkan dari revolusi Perancis kepada Mesir, antara lain :
a) Sistem pemerintahan Republik
Sistem pemerintahan ini yang menjadi penguasa bukanlah raja, tetapi kepala Negara dalam waktu tertentu tidak selamanya. Dia tunduk kepada Undang-undang Dasar dan bisa dijatuhkan oleh parlemen. Sistem ini sangat berlainan sekali dengan sistem pemerintahan absolut raja-raja Islam, yang tetap menjadi raja selama ia masih hidup dan kemudian digantikan oleh anaknya, tidak tunduk kepada konstitusi atau parlemen, karena kedua hal tersebut tidak ada dalam sistem kerajaan itu.
b) Ide persamaan (egalite)
Ide persamaan bertujuan agar rakyat sama-sama turut serta dalam soal pemerintahan. Kalau sebelumnya rakyat mesir tak turut dalam pemerintahan Negara mereka, kini semuanya disamaratakan untuk turut serta. Untuk itu Napoleon mendirikan suatu badan kenegaraan yang terdiri dari ulama-ulama Al-Azhar dan pemuka-pemuka dalam dunia dagang dari Cairo dan daerah-daerah. Tugas badan ini ialah membuat undang-undang, memelihara ketertiban dan menjadi perantara antara penguasa-penguasa Perancis dan umum rakyat Mesir. Di samping itu didirikan pula satu badan lain bernama Diwan Al-ummah yang dalam waktu-waktu tertentu mengadakan sidang untuk membicarakan hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan nasional. Setiap daerah mengirimkan sembilan wakil ke sidang Diwan itu, tiga dari golongan ulama dan pedagang, satu dari golongan petani, kepala desa dan kepala suku bangsa Arab. Dewan ini mempunyai seratus delapan puluh anggota dan sidang pertama diadakan dari tanggal 5 sampai 20 oktober 1798 M. keputusan yang diambil ialah menganjurkan perubahan peraturan pajak yang ditetapkan Kerajaan Usmani.
c) Ide kebangsaan
Ide kebangsaan yang terkandung dalam maklumat Napoleon bahwa orang perancis merupakan suatu bangsa (nation) dan kaum Mamluk adalah orang asing yang datang ke Mesir dari Kaukasus, jadi walaupun sama-sama orang islam tetapi berlainan bangsa dengan orang Mesir. Maklumat itu Juga mengandung kata-kata umat Mesir (اَلْأُمَّةُ اْلمِصْرِيَّةُ). Bagi orang islam di waktu itu yang ada hanyalah umat Islam (اَلْأُمَّةُ اْلِاسْلَامِيَّةُ) dan tiap orang Islam adalah saudaranya dan ia tidak begitu sadar akan perbedaan bangsa dan suku bangsa namun yang disadarinya adalah perbedaan agama. Oleh karena itu, untuk menterjemahkan kata nation ke dalam bahasa arab juga sulit. Kata Arab yang dipakai ialah al-millah (اَلْمِلََّةُ ) umpamanya dalam al-Millah Al-Faransiah untuk la nation francaise. Millah berarti agama. Kata Arab yang diapakai untuk nation ialah qaum, sya’b dan ummah.
Itulah beberapa dari ide-ide yang dibawa ekspedisi Napoleon ke Mesir, yang pada waktu itu belum mempunyai pengaruh yang nyata bagi umat Islam di Mesir. Tetapi dalam perkembangan kontak dengan Barat di abad Kesembilan belas, ide-ide itu makin jelas dan kemudian diterima dan dipraktekkan.
Bagaimanapun, ekspedisi Napoleon telah membuka mata umat Islam Mesir akan kelemahan dan kemundurannya. Mereka bisa mengetahui ketinggalannya dalam peradaban dan kemajuan Barat. Akhirnya, Para penguasa dan cendekiawan muslim mulai memperoleh gairah dengan gerakan pembaruan yang bertujuan ingin menggapai kembali kemajuan dalam Periode Klasik. Kaum muslim semakin intensif dan bersemangat mengkaji kembali doktrin-doktrin dasar Islam khususnya dihadapkan pada kemajuan Barat.


Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.
Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu. Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai. Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya di hadapan dunia Internasional. Meskipun pada akhirnya Napoleon dimakamkan secara Kristen di Perancis pada tgl 15 Desember 1840 di gereja Paris, namun sepertinya hal tersebut sebagai sesuatu untuk mengaburkan fakta bahwa beliau adalah seorang Muslim. Namanya berubah menjadi ‘Aly (Ali) Napoleon Bonaparte’. Hal ini sesuai dengan ucapannya : “Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans.” Artinya kurang lebih demikian “Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda di setiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan Nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam.”
Napoleon Bonaparte, namanya tercatat di semua buku-buku sejarah dunia. Setelah ratusan tahun lamanya Perancis dipimpin oleh raja-raja, Napoleon Bonaparte merupakan pemimipin Perancis pertama yang bergelar Kaisar, ia memerintah pada tahun 1804-1814 dan 1815. Pada masa jayanya, Napoleon Bonaparte mungkin salah satu pemimpi paling besar sepanjang sejarah manusia. Melalui karismanya yang disertai kerja keras dan ambisi gilanya, ia bertekad untuk mewujudkan mimpinya untuk menguasai seluruh Eropa. Mimpinya hampir saja terwujud, seluruh dataran Eropa hampir saja dikuasainya baik dengan diplomasi maupun peperangan. Sayang kekalahannya di Waterloo melawan pasukan Inggris yang dipimpin oleh Duke of Wellington membuat ambisinya terhenti sekaligus mengakhiri kariernya sebagai Kaisar Perancis. Napoleon ditangkap dan diasingkan ke pulau terpencil St. Helena. (1815).
a. Tujuan Ekspedisi
Perselisihan antara para pemimpin Mamluk untuk mendapatkan kekuasaan Mesir terus berlanjut hingga datang tak terduga dan seolah-olah tidak dari manapun, satu keuasaan asing, penakluk hebat mendarat di Iskandariah pada Juli 1789 M, dia adalah Napoleon Bonaparte dari Perancis. Ketika terdengar berita pendaratan Perancis di Iskandariah pertama kali sampai ke telinga para pemimpin mamluk di Kairo, Abd al-Rahman al-Jabarti menyebutkan mereka tidak mengindahkan sama sekali hal itu “mereka bersandar pada kekuatannya, dan mengklaim bahwa seandainya seluruh orang prancis datang, mereka tidak akan mampu menghadapi mamluk, dan mamluk akan menginjak-injak tentara prancis dengan kaki kuda-kuda mereka”. Hal ini diikuti oleh kekalahan, kepanikan dan usaha pemberontakan.
Tujuan kedatangannya adalah untuk menghukum para Mamluk, yang ia tuduh dalam pidato kedatangannya yang disampaikan dalam bahasa Arab sebagai muslim yang tidak baik, tidak seperti dirinya dan orang Perancis lain, serta untuk mengembalikkan kekuasaan Porte. Tujuan yang sebenarnya adalah melancarkan serangan hebat pada kerajaan Inggris dengan cara memutus jalur komunikasinya dengan wilayah timur, sehingga ia memiliki daya tawar untuk menguasai dunia. Napoleon juga mempunyai tujuan lain seperti Alexander Marcedonia yang menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Namun, Penghancuran armada Perancis di teluk Abokir pada 1 Agustus 1798, M. tertahannya ekspedisi yang gagal di Akka pada tahun 1799 M. dan kekalahan pada pertempuran Iskandariah pada 21 Maret 1801 M. menggagalkan ambisi Napoleon di timur dan kemudian berusaha mengevakuasi pasukan Perancis dari Mesir. Wilayah Mesir yang sejak itu hanya memainkan peranan kecil dalam percaturan dunia sebagai sumber upeti dan markas operasi untuk memelihara dominasi Utsmani di Suriah dan Arab tiba-tiba terserap ke dalam pusaran Internasional sebagai gerbang menuju India dan wilayah terakhir dari kawasan timur yang ekstrim. Ekspedisi Napoleon memalingkan pandangan Negara-negara Eropa lainnya pada rute menuju India yang sekian lama terlupakan, kemudian mereka menyusun gerakan yang menimbulkan reaksi berantai sehingga menjadikan kawan-kawan timur dekat sebagai pusat badai dari intrik-intrik diplomasi orang Eropa.
Di tahun 1798 ia memimpin penyerbuan Perancis ke Mesir. Langkah ini ternyata merupakan malapetaka. Di darat, umumnya pasukan Napoleon berhasil, tetapi Angkatan Laut Inggris di bawah pimpinan Lord Nelson dengan mantap mengobrak-abrik armada Perancis, dan di tahun 1799 Napoleon meninggalkan pasukannya di Mesir dan pulang ke Perancis.
Pada tahun 1798 M, kekuatan ekspedisi Perancis yang dikomandani Napoleon dapat menguasai Mesir dengan mudah tidak sampai tiga minggu setelah mendarat di Iskandariah. Hal ini menandakan betapa lemahnya pertahanan Kerajaan Utsmani dan kaum Mamluk. Perancis memerintah Mesir selama tiga tahun dari tahun 1798 M. sampai 1801 M., dari sana mencoba bergerak ke Suriah, tetapi dipaksa menarik pasukannya karena intervasi Inggris Raya dan Utsmaniyyah. Setelah adanya aliansi militer resmi pertama kali antara Utsmaniyyah dan Negara-negara non muslim.
Napoleon datang ke Mesir bukan hanya membawa tentara. Dalam rombongannya terdapat 500 kaum sipil dan 500 wanita. Di antara kaum sipil itu terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Dia juga membawa 2 set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab, dan Yunani. Ekspedisi ini bukan hanya untuk kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Oleh karena itu dibentuklah lembaga ilmiah yang bernama institute d ‘Egypte yang mempunyai empat bagian ilmu, yaitu: ilmu pasti, ilmu alam, ilmu Ekonomi-Politik, dan ilmu Sastra-Seni. Publikasi yang diterbitkan lembaga ini adalah La Decade Egyptienne dan Le Courrier d ‘Egypte. Setelah terbentuknya lembaga ini, sikap-sikap perlawanan Jabarti terhadap para penguasa baru bercampur dengan semacam kekaguman kepada para sarjana dan ilmuwan yang datang bersama para penguasa tersebut “jika ada seorang muslim yang mengunjungi mereka guna melihat-lihat, mereka tidak mencegahnya memasuki tempat-tempat yang paling berharga…. Dan setiap kali mereka menemukan dalam dirinya keinginan atau hasrat akan ilmu pengetahuan, mereka menunjukkan persahabatan dan cinta kepadanya, mereka akan mengeluarkan segala macam gambar, peta, hewan, barang-barang, tanaman-tanaman, sejarah kuno dan sejarah bangsa-bangsa, serta kisah kenabian… saya sering mengunjungi mereka dan mereka menunjukkan semua hal itu. Saya lihat di sana benda-benda dan percobaan-percobaan ganjil yang menghasilkan hal-hal besar untuk dapat ditangkap oleh akal seperti yang ada pada diri kita. Ungkapan al-Jabarti itu menandakan begitu terpuruknya kaum muslimin Mesir mengenai sains dan teknologi saat itu. Keadaan menjadi berbalik 180 derajat. Kalau di Periode Klasik orang Barat yang kagum melihat kebudayaan dan peradaban Islam. Sedangkan di Periode Modern kaum Islam yang heran melihat kebudayaan dan kemajuan Barat.
Pengaruh Napoleon terhadap Pembaharuan di Mesir
Masyarakat Mesir adalah masyarakat religius yang sangat menghormati agama. Mereka memandang agama di atas segala-galanya, sebagai bagian integral dari budaya, adat istiadat, dan masyarakat. Kelompok-kelompok Islam, masing-masing menurut doktrinnya, memanfaatkannya dengan menggunakan semua kekuatan untuk menrongrong negara dan meraih tujuan bersama, penerapan hukum Islam (syariah) dan menegakkan pemerintahan Islam yang terbebas dari segala pengaruh Barat. Demikianlah kelompok-kelompok itu yakin pada masa Nabi Muhammad dan para pengikut awalnya. Mereka mengidealisasikan periode awal Islam dan menurut ajaran mereka hanya kembali ke zaman keemasan inilah Mesir modern bisa sembuh dari segala penyakit. Dengan berdalih bahwa pengaruh Barat yang dimulai dari invasi Napoleon sebagai akar segala kebobrokan, mereka mendukung tulisan-tulisan dan deklarasi-deklarasi mereka dengan tafsir Al-Qur’an dari Ibnu Hanbal dan Ibnu Taimiyah yang keduanya menyeru untuk membaca Al-Qur’an secara tekstual, sembari menolak semua penafsiran, filsafat, dan teks-teks yang menyertai.
Di makalah ini kami membahas tentang pendudukan Napoleon dan pengaruhnya terhadap pembaharuan di Mesir. Untuk lebih jelasnya lagi anda bisa membaca hasil pembahasan kami mengenai ini.
b. Penaklukan Napoleon Terhadap Mesir
Napoleon menyerbu Mesir pada tanggal 2 Juli 1798. mula-mula mendarat di Iskandariyah dan dalam waktu tiga minggu Napoleon dapat menguasai seluruh Mesir. Setelah menguasai Mesir Napoleon terus menyerang Palestina. Akan tetapi setelah sampai terus menyerang Palestina, akan tetapi setelah selesai di Palestina sedang berjangkit penyakit kolera, sehingga banyak tentara Palestina yang meninggal dunia.
Walaupun Napoleon menguasai Mesir hanya dalam waktu sekitar tiga tahun, namun pengaruh yang ditinggalkannya sangat besar dalam kehidupan bangsa Mesir.
c. Tujuan Ekspedisi Napoleon ke Mesir
Perancis adalah salah satu negara yang cukup besar dan menjadi saingan Inggris yang telah menguasai India untuk memutuskan hubungan Inggris dan India. Napoleon berpendapat, Mesir harus dapat dikuasai. Dengan penguasaan Mesir maka hubungan Inggris ke India terhambat dan di samping itu Mesir merupakan daerah yang cukup baik untuk pemasaran baru hasil-hasil produksi industri Perancis.
Selain dari tujuan tersebut di atas, tampaknya Napoleon mempunyai tujuan tertentu pula yaitu ingin mengikuti jejak Alexander yang pernah menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Tempat yang strategis untuk maksud harus menguasai Mesir, bukan Roma atau Paris yang dapat dijadikan basis ekspansi ke India.
Ide-Ide Baru yang Dibawa Napoleon
Ekspedisi Napoleon bukan hanya kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Oleh karena itu, banyak ide-ide baru yang dibawa Napoleon yang dihasilkan dari revolusi Perancis kepada Mesir, antara lain :
a) Sistem pemerintahan Republik
Sistem pemerintahan ini yang menjadi penguasa bukanlah raja, tetapi kepala Negara dalam waktu tertentu tidak selamanya. Dia tunduk kepada Undang-undang Dasar dan bisa dijatuhkan oleh parlemen. Sistem ini sangat berlainan sekali dengan sistem pemerintahan absolut raja-raja Islam, yang tetap menjadi raja selama ia masih hidup dan kemudian digantikan oleh anaknya, tidak tunduk kepada konstitusi atau parlemen, karena kedua hal tersebut tidak ada dalam sistem kerajaan itu.
b) Ide persamaan (egalite)
Ide persamaan bertujuan agar rakyat sama-sama turut serta dalam soal pemerintahan. Kalau sebelumnya rakyat mesir tak turut dalam pemerintahan Negara mereka, kini semuanya disamaratakan untuk turut serta. Untuk itu Napoleon mendirikan suatu badan kenegaraan yang terdiri dari ulama-ulama Al-Azhar dan pemuka-pemuka dalam dunia dagang dari Cairo dan daerah-daerah. Tugas badan ini ialah membuat undang-undang, memelihara ketertiban dan menjadi perantara antara penguasa-penguasa Perancis dan umum rakyat Mesir. Di samping itu didirikan pula satu badan lain bernama Diwan Al-ummah yang dalam waktu-waktu tertentu mengadakan sidang untuk membicarakan hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan nasional. Setiap daerah mengirimkan sembilan wakil ke sidang Diwan itu, tiga dari golongan ulama dan pedagang, satu dari golongan petani, kepala desa dan kepala suku bangsa Arab. Dewan ini mempunyai seratus delapan puluh anggota dan sidang pertama diadakan dari tanggal 5 sampai 20 oktober 1798 M. keputusan yang diambil ialah menganjurkan perubahan peraturan pajak yang ditetapkan Kerajaan Usmani.
c) Ide kebangsaan
Ide kebangsaan yang terkandung dalam maklumat Napoleon bahwa orang perancis merupakan suatu bangsa (nation) dan kaum Mamluk adalah orang asing yang datang ke Mesir dari Kaukasus, jadi walaupun sama-sama orang islam tetapi berlainan bangsa dengan orang Mesir. Maklumat itu Juga mengandung kata-kata umat Mesir (اَلْأُمَّةُ اْلمِصْرِيَّةُ). Bagi orang islam di waktu itu yang ada hanyalah umat Islam (اَلْأُمَّةُ اْلِاسْلَامِيَّةُ) dan tiap orang Islam adalah saudaranya dan ia tidak begitu sadar akan perbedaan bangsa dan suku bangsa namun yang disadarinya adalah perbedaan agama. Oleh karena itu, untuk menterjemahkan kata nation ke dalam bahasa arab juga sulit. Kata Arab yang dipakai ialah al-millah (اَلْمِلََّةُ ) umpamanya dalam al-Millah Al-Faransiah untuk la nation francaise. Millah berarti agama. Kata Arab yang diapakai untuk nation ialah qaum, sya’b dan ummah.
Itulah beberapa dari ide-ide yang dibawa ekspedisi Napoleon ke Mesir, yang pada waktu itu belum mempunyai pengaruh yang nyata bagi umat Islam di Mesir. Tetapi dalam perkembangan kontak dengan Barat di abad Kesembilan belas, ide-ide itu makin jelas dan kemudian diterima dan dipraktekkan.
Bagaimanapun, ekspedisi Napoleon telah membuka mata umat Islam Mesir akan kelemahan dan kemundurannya. Mereka bisa mengetahui ketinggalannya dalam peradaban dan kemajuan Barat. Akhirnya, Para penguasa dan cendekiawan muslim mulai memperoleh gairah dengan gerakan pembaruan yang bertujuan ingin menggapai kembali kemajuan dalam Periode Klasik. Kaum muslim semakin intensif dan bersemangat mengkaji kembali doktrin-doktrin dasar Islam khususnya dihadapkan pada kemajuan Barat.


Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.
Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu. Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai. Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya di hadapan dunia Internasional. Meskipun pada akhirnya Napoleon dimakamkan secara Kristen di Perancis pada tgl 15 Desember 1840 di gereja Paris, namun sepertinya hal tersebut sebagai sesuatu untuk mengaburkan fakta bahwa beliau adalah seorang Muslim. Namanya berubah menjadi ‘Aly (Ali) Napoleon Bonaparte’. Hal ini sesuai dengan ucapannya : “Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans.” Artinya kurang lebih demikian “Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda di setiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan Nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam.”
Napoleon Bonaparte, namanya tercatat di semua buku-buku sejarah dunia. Setelah ratusan tahun lamanya Perancis dipimpin oleh raja-raja, Napoleon Bonaparte merupakan pemimipin Perancis pertama yang bergelar Kaisar, ia memerintah pada tahun 1804-1814 dan 1815. Pada masa jayanya, Napoleon Bonaparte mungkin salah satu pemimpi paling besar sepanjang sejarah manusia. Melalui karismanya yang disertai kerja keras dan ambisi gilanya, ia bertekad untuk mewujudkan mimpinya untuk menguasai seluruh Eropa. Mimpinya hampir saja terwujud, seluruh dataran Eropa hampir saja dikuasainya baik dengan diplomasi maupun peperangan. Sayang kekalahannya di Waterloo melawan pasukan Inggris yang dipimpin oleh Duke of Wellington membuat ambisinya terhenti sekaligus mengakhiri kariernya sebagai Kaisar Perancis. Napoleon ditangkap dan diasingkan ke pulau terpencil St. Helena. (1815).
a. Tujuan Ekspedisi
Perselisihan antara para pemimpin Mamluk untuk mendapatkan kekuasaan Mesir terus berlanjut hingga datang tak terduga dan seolah-olah tidak dari manapun, satu keuasaan asing, penakluk hebat mendarat di Iskandariah pada Juli 1789 M, dia adalah Napoleon Bonaparte dari Perancis. Ketika terdengar berita pendaratan Perancis di Iskandariah pertama kali sampai ke telinga para pemimpin mamluk di Kairo, Abd al-Rahman al-Jabarti menyebutkan mereka tidak mengindahkan sama sekali hal itu “mereka bersandar pada kekuatannya, dan mengklaim bahwa seandainya seluruh orang prancis datang, mereka tidak akan mampu menghadapi mamluk, dan mamluk akan menginjak-injak tentara prancis dengan kaki kuda-kuda mereka”. Hal ini diikuti oleh kekalahan, kepanikan dan usaha pemberontakan.
Tujuan kedatangannya adalah untuk menghukum para Mamluk, yang ia tuduh dalam pidato kedatangannya yang disampaikan dalam bahasa Arab sebagai muslim yang tidak baik, tidak seperti dirinya dan orang Perancis lain, serta untuk mengembalikkan kekuasaan Porte. Tujuan yang sebenarnya adalah melancarkan serangan hebat pada kerajaan Inggris dengan cara memutus jalur komunikasinya dengan wilayah timur, sehingga ia memiliki daya tawar untuk menguasai dunia. Napoleon juga mempunyai tujuan lain seperti Alexander Marcedonia yang menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Namun, Penghancuran armada Perancis di teluk Abokir pada 1 Agustus 1798, M. tertahannya ekspedisi yang gagal di Akka pada tahun 1799 M. dan kekalahan pada pertempuran Iskandariah pada 21 Maret 1801 M. menggagalkan ambisi Napoleon di timur dan kemudian berusaha mengevakuasi pasukan Perancis dari Mesir. Wilayah Mesir yang sejak itu hanya memainkan peranan kecil dalam percaturan dunia sebagai sumber upeti dan markas operasi untuk memelihara dominasi Utsmani di Suriah dan Arab tiba-tiba terserap ke dalam pusaran Internasional sebagai gerbang menuju India dan wilayah terakhir dari kawasan timur yang ekstrim. Ekspedisi Napoleon memalingkan pandangan Negara-negara Eropa lainnya pada rute menuju India yang sekian lama terlupakan, kemudian mereka menyusun gerakan yang menimbulkan reaksi berantai sehingga menjadikan kawan-kawan timur dekat sebagai pusat badai dari intrik-intrik diplomasi orang Eropa.
Di tahun 1798 ia memimpin penyerbuan Perancis ke Mesir. Langkah ini ternyata merupakan malapetaka. Di darat, umumnya pasukan Napoleon berhasil, tetapi Angkatan Laut Inggris di bawah pimpinan Lord Nelson dengan mantap mengobrak-abrik armada Perancis, dan di tahun 1799 Napoleon meninggalkan pasukannya di Mesir dan pulang ke Perancis.
Pada tahun 1798 M, kekuatan ekspedisi Perancis yang dikomandani Napoleon dapat menguasai Mesir dengan mudah tidak sampai tiga minggu setelah mendarat di Iskandariah. Hal ini menandakan betapa lemahnya pertahanan Kerajaan Utsmani dan kaum Mamluk. Perancis memerintah Mesir selama tiga tahun dari tahun 1798 M. sampai 1801 M., dari sana mencoba bergerak ke Suriah, tetapi dipaksa menarik pasukannya karena intervasi Inggris Raya dan Utsmaniyyah. Setelah adanya aliansi militer resmi pertama kali antara Utsmaniyyah dan Negara-negara non muslim.
Napoleon datang ke Mesir bukan hanya membawa tentara. Dalam rombongannya terdapat 500 kaum sipil dan 500 wanita. Di antara kaum sipil itu terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Dia juga membawa 2 set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab, dan Yunani. Ekspedisi ini bukan hanya untuk kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Oleh karena itu dibentuklah lembaga ilmiah yang bernama institute d ‘Egypte yang mempunyai empat bagian ilmu, yaitu: ilmu pasti, ilmu alam, ilmu Ekonomi-Politik, dan ilmu Sastra-Seni. Publikasi yang diterbitkan lembaga ini adalah La Decade Egyptienne dan Le Courrier d ‘Egypte. Setelah terbentuknya lembaga ini, sikap-sikap perlawanan Jabarti terhadap para penguasa baru bercampur dengan semacam kekaguman kepada para sarjana dan ilmuwan yang datang bersama para penguasa tersebut “jika ada seorang muslim yang mengunjungi mereka guna melihat-lihat, mereka tidak mencegahnya memasuki tempat-tempat yang paling berharga…. Dan setiap kali mereka menemukan dalam dirinya keinginan atau hasrat akan ilmu pengetahuan, mereka menunjukkan persahabatan dan cinta kepadanya, mereka akan mengeluarkan segala macam gambar, peta, hewan, barang-barang, tanaman-tanaman, sejarah kuno dan sejarah bangsa-bangsa, serta kisah kenabian… saya sering mengunjungi mereka dan mereka menunjukkan semua hal itu. Saya lihat di sana benda-benda dan percobaan-percobaan ganjil yang menghasilkan hal-hal besar untuk dapat ditangkap oleh akal seperti yang ada pada diri kita. Ungkapan al-Jabarti itu menandakan begitu terpuruknya kaum muslimin Mesir mengenai sains dan teknologi saat itu. Keadaan menjadi berbalik 180 derajat. Kalau di Periode Klasik orang Barat yang kagum melihat kebudayaan dan peradaban Islam. Sedangkan di Periode Modern kaum Islam yang heran melihat kebudayaan dan kemajuan Barat.
Pengaruh Napoleon terhadap Pembaharuan di Mesir
Masyarakat Mesir adalah masyarakat religius yang sangat menghormati agama. Mereka memandang agama di atas segala-galanya, sebagai bagian integral dari budaya, adat istiadat, dan masyarakat. Kelompok-kelompok Islam, masing-masing menurut doktrinnya, memanfaatkannya dengan menggunakan semua kekuatan untuk menrongrong negara dan meraih tujuan bersama, penerapan hukum Islam (syariah) dan menegakkan pemerintahan Islam yang terbebas dari segala pengaruh Barat. Demikianlah kelompok-kelompok itu yakin pada masa Nabi Muhammad dan para pengikut awalnya. Mereka mengidealisasikan periode awal Islam dan menurut ajaran mereka hanya kembali ke zaman keemasan inilah Mesir modern bisa sembuh dari segala penyakit. Dengan berdalih bahwa pengaruh Barat yang dimulai dari invasi Napoleon sebagai akar segala kebobrokan, mereka mendukung tulisan-tulisan dan deklarasi-deklarasi mereka dengan tafsir Al-Qur’an dari Ibnu Hanbal dan Ibnu Taimiyah yang keduanya menyeru untuk membaca Al-Qur’an secara tekstual, sembari menolak semua penafsiran, filsafat, dan teks-teks yang menyertai.
Di makalah ini kami membahas tentang pendudukan Napoleon dan pengaruhnya terhadap pembaharuan di Mesir. Untuk lebih jelasnya lagi anda bisa membaca hasil pembahasan kami mengenai ini.
b. Penaklukan Napoleon Terhadap Mesir
Napoleon menyerbu Mesir pada tanggal 2 Juli 1798. mula-mula mendarat di Iskandariyah dan dalam waktu tiga minggu Napoleon dapat menguasai seluruh Mesir. Setelah menguasai Mesir Napoleon terus menyerang Palestina. Akan tetapi setelah sampai terus menyerang Palestina, akan tetapi setelah selesai di Palestina sedang berjangkit penyakit kolera, sehingga banyak tentara Palestina yang meninggal dunia.
Walaupun Napoleon menguasai Mesir hanya dalam waktu sekitar tiga tahun, namun pengaruh yang ditinggalkannya sangat besar dalam kehidupan bangsa Mesir.
c. Tujuan Ekspedisi Napoleon ke Mesir
Perancis adalah salah satu negara yang cukup besar dan menjadi saingan Inggris yang telah menguasai India untuk memutuskan hubungan Inggris dan India. Napoleon berpendapat, Mesir harus dapat dikuasai. Dengan penguasaan Mesir maka hubungan Inggris ke India terhambat dan di samping itu Mesir merupakan daerah yang cukup baik untuk pemasaran baru hasil-hasil produksi industri Perancis.
Selain dari tujuan tersebut di atas, tampaknya Napoleon mempunyai tujuan tertentu pula yaitu ingin mengikuti jejak Alexander yang pernah menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Tempat yang strategis untuk maksud harus menguasai Mesir, bukan Roma atau Paris yang dapat dijadikan basis ekspansi ke India.
Ide-Ide Baru yang Dibawa Napoleon
Ekspedisi Napoleon bukan hanya kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Oleh karena itu, banyak ide-ide baru yang dibawa Napoleon yang dihasilkan dari revolusi Perancis kepada Mesir, antara lain :
a) Sistem pemerintahan Republik
Sistem pemerintahan ini yang menjadi penguasa bukanlah raja, tetapi kepala Negara dalam waktu tertentu tidak selamanya. Dia tunduk kepada Undang-undang Dasar dan bisa dijatuhkan oleh parlemen. Sistem ini sangat berlainan sekali dengan sistem pemerintahan absolut raja-raja Islam, yang tetap menjadi raja selama ia masih hidup dan kemudian digantikan oleh anaknya, tidak tunduk kepada konstitusi atau parlemen, karena kedua hal tersebut tidak ada dalam sistem kerajaan itu.
b) Ide persamaan (egalite)
Ide persamaan bertujuan agar rakyat sama-sama turut serta dalam soal pemerintahan. Kalau sebelumnya rakyat mesir tak turut dalam pemerintahan Negara mereka, kini semuanya disamaratakan untuk turut serta. Untuk itu Napoleon mendirikan suatu badan kenegaraan yang terdiri dari ulama-ulama Al-Azhar dan pemuka-pemuka dalam dunia dagang dari Cairo dan daerah-daerah. Tugas badan ini ialah membuat undang-undang, memelihara ketertiban dan menjadi perantara antara penguasa-penguasa Perancis dan umum rakyat Mesir. Di samping itu didirikan pula satu badan lain bernama Diwan Al-ummah yang dalam waktu-waktu tertentu mengadakan sidang untuk membicarakan hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan nasional. Setiap daerah mengirimkan sembilan wakil ke sidang Diwan itu, tiga dari golongan ulama dan pedagang, satu dari golongan petani, kepala desa dan kepala suku bangsa Arab. Dewan ini mempunyai seratus delapan puluh anggota dan sidang pertama diadakan dari tanggal 5 sampai 20 oktober 1798 M. keputusan yang diambil ialah menganjurkan perubahan peraturan pajak yang ditetapkan Kerajaan Usmani.
c) Ide kebangsaan
Ide kebangsaan yang terkandung dalam maklumat Napoleon bahwa orang perancis merupakan suatu bangsa (nation) dan kaum Mamluk adalah orang asing yang datang ke Mesir dari Kaukasus, jadi walaupun sama-sama orang islam tetapi berlainan bangsa dengan orang Mesir. Maklumat itu Juga mengandung kata-kata umat Mesir (اَلْأُمَّةُ اْلمِصْرِيَّةُ). Bagi orang islam di waktu itu yang ada hanyalah umat Islam (اَلْأُمَّةُ اْلِاسْلَامِيَّةُ) dan tiap orang Islam adalah saudaranya dan ia tidak begitu sadar akan perbedaan bangsa dan suku bangsa namun yang disadarinya adalah perbedaan agama. Oleh karena itu, untuk menterjemahkan kata nation ke dalam bahasa arab juga sulit. Kata Arab yang dipakai ialah al-millah (اَلْمِلََّةُ ) umpamanya dalam al-Millah Al-Faransiah untuk la nation francaise. Millah berarti agama. Kata Arab yang diapakai untuk nation ialah qaum, sya’b dan ummah.
Itulah beberapa dari ide-ide yang dibawa ekspedisi Napoleon ke Mesir, yang pada waktu itu belum mempunyai pengaruh yang nyata bagi umat Islam di Mesir. Tetapi dalam perkembangan kontak dengan Barat di abad Kesembilan belas, ide-ide itu makin jelas dan kemudian diterima dan dipraktekkan.
Bagaimanapun, ekspedisi Napoleon telah membuka mata umat Islam Mesir akan kelemahan dan kemundurannya. Mereka bisa mengetahui ketinggalannya dalam peradaban dan kemajuan Barat. Akhirnya, Para penguasa dan cendekiawan muslim mulai memperoleh gairah dengan gerakan pembaruan yang bertujuan ingin menggapai kembali kemajuan dalam Periode Klasik. Kaum muslim semakin intensif dan bersemangat mengkaji kembali doktrin-doktrin dasar Islam khususnya dihadapkan pada kemajuan Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar